on line

Jumat, 03 Februari 2012

STANDAR ISTIQOMAH

Di usia menapaki lebih dari empat puluh tahunan, di lingkungan saya sudah banyak yang menjalani rukun islam ke lima yaitu berangkat haji ke Baitullah Sementara saya? Masih belum seperti mereka. Sebagian dari anda mungkin memiliki perasaan seperti itu. Membandingkan diri dengan keadaan jama'ah di sekitar kita dan mencoba menganalisa diri ada di posisi mana. Tidak jarang, kita merasa posisi kita masih belum sejajar dengan mereka. Kita merasa, mereka sudah menjalani kehidupan dengan lebih mantap, lebih alim, atau lebih Istiqomah. Kalau sudah begitu, lantas diri sering merasa minder, kurang percaya diri, apalagi jika berhadapan dengan orang-orang yang kita anggap lebih itu. Seorang psikolog terkenal pernah menulis, jangan pernah membandingkan apa yang ada dalam diri orang lain dengan apa yang kita miliki. Karena biasanya, ini berakhir dengan perasaan buruk. Kalau kita merasa diri lebih baik, akan ada rasa sombong hinggap dalam diri. Sementara bila sebaliknya, kita lalu akan merasa gagal dan rendah diri. Benar. Saya merasakan lebih sering berada di posisi yang kedua. Membandingkan dengan teman seangkatan (atau lebih muda) dan melihat mereka sudah bergelar Abah atau pak Haji, maka terkadang hadir perasaan inferior, minder karena saya belum sampai di taraf itu. Alih-alih membuat saya termotivasi untuk lebih baik, saya lebih sering merasa gagal dan itu menyurutkan langkah untuk mengembangkan kemampuan lebih lanjut. Ada kalanya saat membandingkan keadaan diri dengan orang lain, saya menilai keadaan saya “lebih baik”. Akibatnya, saya merasa sudah cukup melakukan usaha. Bahkan mungkin berhenti memberikan upaya optimal karena merasa sudah ‘lebih baik’ dari orang lain. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan? Psikolog tadi mengatakan, ukur keberhasilan kita dengan upaya yang sudah dijalankan disertai kemampuan yang nyata ada pada kita. Maksudnya, ketimbang berpayah-payah membandingkan keadaan diri dengan orang lain, bandingkan saja keadaan diri kita saat ini dengan keadaan diri kita di masa lalu. Lihat dengan jujur ke dalam diri, apakah kita sudah berupaya sebaik-baiknya untuk menjadi se orang yang ahli ibadah? Apa sebenarnya arti Istiqomah bagi kita? Apa dengan sering nya kita menghadiri pengajian dan selalu sholat ber Jama'ah menjadikan kita sudah ber iman,belum tentu,.....tapi minimal lewat kebiasaan yang baik akan terbentuk pribadi yang baik ,Setiap orang sepertinya memiliki target yang ingin dicapainya masing-masing. Karena itu, tentu saja standar Ke Imanan setiap orang berbeda-beda. Adalah tidak adil bagi diri sendiri, jika kita membandingkan pencapaian kita dengan pencapaian orang lain yang memiliki standar berbeda. Jadi, tetapkan target yang ingin anda capai . Berikan upaya optimal untuk mencapainya. Kemudian Serahkan semua nya kepada Allah S.W.T. Jangan lupa, Rasulullah bersabda,Barangsiapa yang hari ini lebih baik dibandingkan yang terdahulu, maka dia termasuk orang yang sukses. Barangsiapa yang hari ini sama seperti yang terdahulu, maka dia termasuk orang yang tertipu. Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dibandingkan yang terdahulu, maka dia termasuk orang-orang yang merugi di hadapan Allah SWT. Mudah-mudahan, kita termasuk dalam golongan orang-orang yang memilii keadaan hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Wallahu’alam bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar