on line

Rabu, 05 Desember 2012

ISTIQOMAH DLM BERDO'A

Seseorang mengeluh pada Ustadz, ‘Dimanakah keadilan Allah, telah lama aku meminta dan memohon padaNya namun tak juga dikabulkan.. aku shalat, puasa, bersedekah, berbuat kebajikan.. tapi keinginanku tdk segera dikabulkan. Padahal seorang teman yang ibadahnya kacau, bicaranya menyinggung hati, akhlaknya buruk, tapi apa yang dimintanya terkabul dengan cepat. Oh sungguh Allah tidak adil..’ Ustad berkata, ‘Pernahkah engkau didatangi pengamen?’ ‘Pernah, tentu saja’ Kata orang itu serius. ‘Bayangkan jika pengamen itu berpenampilan seram, bertato, bertindik, nyanyiannya tak merdu memekakkan telinga, apa yang kau lakukan?’ Orang itu menjawab, ‘segera kuberi uang agar dia cepat berlalu dari hadapanku’ ‘Lalu bagamana jika pengamen itu besuara merdu mendayu, menyanyi dengan sopan dan penampilannya rapi lagi wangi, apa yg kau lakukan?’ ‘Kudengarkan dan kunikmati hingga akhir lalu kuminta ia menyanyi lagi dan tambah lagi..’, kata orang itu sambil tersenyum ‘Kalau begitu bisa saja Allah bersikap begitu pada hambaNya. Jika ada manusia yang berakhlak buruk dan dibenciNya berdoa dan memohon padaNya, mungkin akan dia firmankan pada malaikat ‘Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak dengan pintanya. Tapi bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang sholeh yang rajin bersedekah, maka mungkin saja Allah berfirman pada malaikatNya : Tunggu. Tunda dulu apa yang dipintanya, aku menyukai doa-doanya, Aku menyukai isak-tangis nya. Aku tak ingin dia menjauh dari Ku setelah mendapat apa yg dipintanya. Aku ingin mendengar tangisnya karena Aku mencintainya..Nah mungkin saja itu adalah kita,… Nabiyullah Ibrahim AS, konon berdoa hingga puluhan tahun hingga memiliki anak, dan yang bisa kita saksikan lagi adalah hasil doanya agar semua muslim berkumpul di kota Mekkah yg pada saat itu mekkah masih berupa tempat yg tandus,.... RIBUAN TAHUN kemudian hingga kini ……kita yang merasakannya, kemudian Nabi Dzakaria berdoa hingga rambutnya beruban baru dikaruniai anak “(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi UBAN, dan aku BELUM PERNAH KECEWA dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeningalku, sedang istriku adalah seseorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhoi. ” (QS. Maryam: 2-6) Marilah terus berdoa,. Semoga kita tidak mudah tertipu, dan bercerminlah kepada kisah kisah para nabi, maka Insya Allah akan jadi penerang untuk kita semuanya, karena keimanan harus sejalan dengan apa yang Allah mau, bukan kita atau orang lain Doa kadang ada yang segera terkabul, lambat dan sebagainya, namun jangan lupa ada hikmah dibalik setiap kejadian, Allah SWT akan memberikan yang terbaik, , Semoga kita bisa, Amin.

Baca selanjutnya ..

Minggu, 02 Desember 2012

MAHKOTA MUSLIMAH

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ((إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاءُ)) “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah, hasan) Sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam yang lain, ((الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ)) “Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Al Hakim) Begitu jelas Rasulullah SAW memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan. Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria. Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat nyata. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya. Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini… kaum wanita yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya. … Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kaum wanita Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kaum wanita, justru mereka sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan pun hilang di telan zaman? “Nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13) Wahai, muslimah… Peliharalah rasa malu itu, sebagai sebaik-baik perhiasan bagi wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata sekalipun.

Baca selanjutnya ..