on line

Rabu, 06 Juni 2012

SELALU ADA KEBAIKAN DI BALIK KELEMBUTAN

Suatu hari, sekelompok orang Yahudi lewat dihadapan Rosululloh. Mereka mengucapkan salam kepada Nabi (السَّامُ عَلَيْكُمْ) ‘Kecelakaan bagimu’. Ibunda Aisyah yang mendengar ucapan itupun paham, betapa busuk dan jelek maksud dari salam orang-orang Yahudi. Aisyah kemudian menjawab salam itu (وَعَلَيْكُمْ السَّامُ وَاللَّعْنَةُ) ‘Dan bagi kalian kecelakaan dan laknat’. Rosululloh yang mendengar ucapan istri tercintanya itupun bersabda : ‘Wahai Aisyah, sesungguhnya Alloh menyukai kelembutan disetiap urusan’ Aisyah pun berkata, ‘Tidakkah engkau mendengar ucapan mereka wahai Rosululloh ?’Nabipun menjawab : ‘Sudah kujawab dan atasmu’. (Shohih Bukhori, Hadits no. 6024) Senyum adalah satu contoh kecil bentuk kelembutan dan kasih sayang seseorang. Sungguh banyak kelembutan lain yang bisa kita sajikan dan persembahkan kepada saudara seiman. Sebuah pepatah mengatakan ‘Senyum adalah jarak terdekat antar kedua manusia’. Berkata penuh santun, sadar akan kekurangan masing-masing. Namun bukan berarti mentolerir satu kemunkaran dan kemaksiatan. Rosululloh bersabda : انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا ‘Tolonglah saudaramu dalam keadaan dholim maupun didholimi’. (Shohih Bukhori, Hadits no. 2443). Menolong saudara yang terdholimi adalah hal yang maklum. Namun bagaimanakah menolong saudara yang berbuat dholim ?. Para ulama menjelaskan bahwa cara menolongnya adalah dengan mencegahnya dari berbuat kemunkaran. Maka perlu dipahami bahwa mencegah dan melarang seseorang yang akan berbuat kemunkaran merupakan satu bentuk kasih sayang meski terkadang pahit dirasa. Namun perlu diperhatikan pula adab dalam beramar makruf nahi munkar. Ibnu Rojab Al Hanbali dalam Jami’ul Ulum wal Hikam menyatakan bahwa dalam beramar Makruf Nahi Munkar hendaknya dipilih cara yang paling baik. ((أوقعهافى القلب / paling berkenan dihati. Pernah suatu ketika Khalifah Harun Ar Rosyid di tegur dengan perkataan yang sangat keras atas sebuah kesalahan. Selesai ditegur, beliau berkata pada orang yang menegurnya : ‘Sesungguhnya Musa, orang yang lebih baik darimu diutus kepada Fir’aun orang yang lebih buruk dariku. Namun Alloh berfirman kepada Musa dan Harun : فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى ‘maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Thoha : 44). Segala sesuatu hendaknya ditempatkan pada tempatnya. Begitu pula kelembutan dan permusuhan hendaknya ditempatkan dan berikan sesuai porsinya. Kecintaan dan kelembutan jangan sampai tertukar dengan sikap keras dan permusuhan. Satu hal yang terkadang kurang disadari, pernahkah kita menghitung berapa kali kita bersikap keras kepada saudara seiman. Menampakkan dan menyombongkan kebaikan didepan saudara kita. Menunjukkan dan menahbiskan diri sebagai yang paling wah… dan paling unggul dalam ketaatan kepada Alloh. Sedikit angkuh dan bisa jadi menganggap rendah saudara kita. Satu sikap yang bisa jadi melempem jika berhadapan dengan para wali setan. Wal I’yadzu Billah. Bukankah Alloh berfirman : ‘Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.’ (Al Ahzab : 19) Tapi satu yang tak bias dipungkiri, tidaklah kelembutan itu menghiasi sesuatu kecuali akan mendatangkan kebaikan…Wallohul Musta’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar