on line

Senin, 15 Oktober 2012

MERAWAT CINTA

Cinta tak ubahnya seperti pohon yang tak selamanya terlihat segar. Daun-daun yang dulu hijau cerah mulai menguning, akhirnya coklat kaku. Bunga-bunganya yang pernah indah merekah… kini layu. …Beberapa ujung tangkai pun mulai tampak mengering. Begitulah hidup. Tak ada yang tetap dalam hidup. Semuanya dinamis: bergerak dan berubah, tumbuh dan menyusut, berkembang dan tumbang. Apa pun dan siapa pun. Termasuk, cinta suami isteri. Setidaknya, itulah yang kini dialami banyak kaum ibu. mereka merasakan ada yang berkurang dari suaminya. Tidak seperti dulu ketika anak masih satu, dua, hingga tiga. Apalagi ketika belum ada anak. Wah, terlalu jauh perbandingannya. Saat dulu, para suami tak pernah ketinggalan telepon ke rumah sebelum pulang kantor. Bahkan, sehari bisa tiga kali telepon. Kini, seminggu dua kali sudah teramat bagus. Itu pun karena ada yang mau ditanyakan. Dulu, kemana pun sang istri pergi, suami selalu antar jemput. Paling tidak, mewanti-wanti agar ia berhati-hati. “Hati-hati, ya Dik. ucap suami dengan penuh perhatian. Kini, menanyakan tujuan pergi pun sudah sangat bagus. Dulu juga, suami kerap ngasih hadiah di hari-hari bersejarah. Di antaranya, hari kelahiran, dan tanggal pernikahan. Kini, jangankan hadiah, ingat dengan momen itu saja sudah bagus. Kalau cinta dihubung-hubungkan dengan rupa, kenyataan itu mungkin bisa diterima. Sekarang… memang bukan dua puluh tahun yg lalu…. Banyak perubahan, . Tapi, mestikah cinta dan perhatian harus menyusut sebagaimana berkerutnya wajah dan tidak langsingnya tubuh. Apa layak itu jadi alasan. Bukankah cinta terlihat dari pandangan mata hati. Bukan dari simbol-simbol fisik yang terlihat dari pandangan mata, yang bisa menyilaukan ketika ada cahaya dan buram di saat gelap…. Bukankah cinta perpaduan dari senang, kagum, cocok, sayang. Bahkan, kasihan. Tidak jarang, cinta tumbuh pesat dari akar kasihan. Bukan hal aneh jika seorang pemuda langsung melamar muslimah yang terusir dari rumahnya lantaran mengenakan busana muslimah. Ada juga muslimah yang dilamar lantaran statusnya sebagai anak yatim miskin. Lalu, kenapa cinta suami bisa menyusut. Bukankah ini sebuah bukti bahwa adakalanya cinta tersangkut pada rupa. Menjamin lestarinya kasih sayang memang bukan perkara mudah. Dan, lebih tidak mudah lagi menjamin bahwa kecantikan rupa tidak akan bergeser. Karena sudah kepastian Allah bahwa muda akan menapaki anak tangga usia menuju tua. Semakin banyak anak tangga yang ditapaki, makin berkurang nilai rupa. Harus ada langkah bersama supaya cinta tetap terawat. Memang, kehangatan cinta bisa lahir dari stabilnya nilai rupa. Tapi, unsur emosi pun punya andil yang lumayan besar. Kalau cinta cuma berpatok pada langgengnya rupa, mungkin rumah tangga kakek nenek akan bubar massal. Di sinilah seninya bagaimana suami isteri bisa memainkan emosi sehingga cinta menjadi indah untuk dinikmati. Kepiawaian mengelola emosi juga mampu menjadikan cinta lestari. Bayangkan, betapa jauhnya jarak usia antara Rosulullah saw dengan Aisyah:. Belum lagi kesenjangan intelektual dan rupa. Tapi, semua itu tidak jadi masalah lantaran irama emosinya begitu rapi dan indah. Rosulullah tidak perlu ragu berlomba lari bersama isterinya, mengecup kening isteri saat pergi ke masjid, bersenda gurau layaknya teman, berdiskusi layaknya guru dan murid, dan sebagainya. Justru, unsur emosilah yang kadang dominan dari nilai rupa.. Cinta memang tak ubahnya seperti pohon yang tidak selamanya segar. Karena pohon memang tidak akan pernah kokoh kalau hanya dinikmati kesejukan, keindahan, dan buahnya. Ia juga butuh siraman air, kesuburan tanah, dan pagar perlindungan. Jadi….sebagai suami, sudahkah kita menteladani Rosulullah,

1 komentar:

  1. Sngat setuju... hub ant psgn suami istri mmang hrs terus menerus di pupuk..agar ttap terawat .. dn terjaga kelanggengannya.. dulu mngkin yg ada hnya cinta..lma klamaan akn timbullah rasa sayang..dan kasih..yg lebih agung dr hnya skedar cinta belaka...
    dn jgan lupa tuk brsyukur pdNYA..yg tlah mmberikan msg" psgan hdup diantara qta..krn Dia pstinnya tlah mmberikan psgn yg terbaik unt mnemani hidup qta...smoga dgn slalu mnsyukuri nikmatNYA..qta dpt mnjd psgan yg sakinah..mawaddah...dn warrohmah...Aamiin...

    BalasHapus