on line

Senin, 01 Oktober 2012

INSYA ALLAH

Ungkapan 'insya Allah' bukan hal yang asing bagi kita umat Islam, dan ucapan tersebut termasuk salah satu kalimat thoyyibah, yaitu kalimat yang baik untuk diamalkan. Di lain pihak, kalimat yang mengandung do'a dan pengharapan tersebut, oleh sebagian besar masyarakat kita belum dapat dipahami makna dan urgensinya secara benar. 'Insya Allah' yang memiliki arti “jika Allah menghendaki” seringkali disalah-tempatkan dalam penggunaannya, hanya karena lantaran kita merasa sebagai orang yang berbudaya timur, yang tidak pantas untuk berkata tidak. Sebagai contoh, ketika kita diajak atau diundang untuk suatu kegiatan, kita cenderung untuk mengatakan 'insya Allah', padahal kita sudah mengetahui sejak awal bahwa kita tidak dapat memenuhi ajakan atau undangan tersebut dengan alasan tertentu. Terkadang kita terlalu optimis akan dapat melakukan sesuatu hal dan merasa yakin untuk dapat memberikan hasil atau kontribusi yang telah dijanjikan, namun bagi orang yang beriman seharusnya tidak melupakan dan tidak merasa aman dari rekayasa Allah ('adamul amni min makrillah) Nabi Muhammad Saw pernah ditegur oleh Allah SWT ketika beliau terlupa mengucapkan kalimat 'insya Allah' sewaktu Nabi berdialog dengan utusan dari suku Quraisy yang bernama An Nadhar bin Al Harits dan 'Uqbah bin Abi Mu'ith. Mereka bertanya kepada Nabi tentang kisah Ashabul Kahfi, Zulkarnain dan roh, lalu beliau menjawab “Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan kepadamu”. Sampai batas waktu yang dijanjikan, Allah belum menurunkan wahyu untuk menanggapi ketiga pertanyaan tersebut, sehingga Nabi tidak dapat menjawabnya. Setelah lima belas hari berlalu, barulah Allah menurunkan ayat yang menjawab seluruh pertanyaan tersebut. Teguran Allah tersebut diabadikan dalam QS Al Kahfi [18]: 23-24. “Dan janganlah sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “aku pasti melakukan itu besok pagi,” kecuali (dengan mengatakan), “insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberi petunjuk kepadaku, agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) dari pada ini.” Bukhari Muslim meriwayatkan, suatu hari Nabi Sulaiman as berkata, “Malam in aku akan menyetubuhi 60 atau 70 istriku sehingga mereka hamil. Lalu, setiap istriku akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi penunggang kuda mujahid fisabilillah.” Namun nabi Sulaiman as lupa mengucapkan 'insya Allah.' Malam itu Nabi Sulaiman as berhasil menyetubuhi 60 atau 70 istrinya, tetapi yang hamil hanya salah satu istrinya saja. Dan saat melahirkan, kondisi fisik anaknya tidak sempurna. Rasulullah Saw bersabda, “Kalau saja Nabi Sulaiman as mengucapkan insya Allah, niscaya mereka akan berjihad di jalan Allah sebagai penunggang kuda semuanya.” (HR Bukhari Muslim). Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan,“Semua wanita itu akan hamil (dan melahirkan) putra yang berjihad di jalan Allah.” Alquran mengabadikan beberapa pelajaran tentang penggunaan kalimat 'insya Allah' yang dapat kita ambil hikmahnya. Di antaranya, dialog yang sangat santun antara seorang ayah dengan putranya. Ibrahim as. berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu?” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As Shaffat [37]: 102). Wallahu a'lam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar