on line

Senin, 08 April 2013

SIKAP TERHADAP TAKDIR

Apapun keadaan kita di dunia ini, maka itu adalah ketentuan Allah Subhanahu Wata’ala, yang harus kita syukuri dan mau tidak mau harus dijalani. Meskipun diberikan kebebasan oleh Allah Subhanahu Wata’ala., untuk berusaha merubah keadaan kita, akan tetapi hasil akhirnya ternyata tidak membawa perubahan, maka itulah ketentuan yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Wata’ala., dan harus kita syukuri sebagai karunia darinya. Allah Subhanahu Wata’ala, berfirman; وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلاَئِفَ الأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ “Dan Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebahagian diantara kamu di atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS:Al-An’am [5]:165). Jelaslah bahwa keadaan (miskin-kaya), bukanlah pilihan daripada manusia, akan tetapi memang kehendak dari Allah Subhanahu Wata’ala., dengan tujuan untuk menguji yang kaya-dengan harta, popularitas dan segudang ke-sukses-annya yang lain, sejauh mana ia rendah hati dihadapan manusia dan seberapa ikhlas ia mendermakan hartanya di jalan Allah Subhanahu Wata’ala. Dan si-miskin, sampai titik mana ia bersabar dengan keterbatasan yang dimilikinya dan sejauh mana ia tetap berbaik sangka kepada Allah Subhanahu Wata’ala, di tengah setumpuk kesusahan, penderitaan yang sengaja dikirimkan oleh Allah untuknya. Itulah sikap manusia seharusnya dalam merespon nikmat dari Allah Subhanahu Wata’ala. Walaupun sudah dijelaskan bahwa dua keadaan itu merupakan ketentuan dari Allah Subhanahu Wata’ala, akan tetapi kebanyakan manusia tidak memahami hal tersebut. Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala juga menggambarkan sikap manusia dalam merespon keadaan yang diberikan kepadanya; “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: ‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku’. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS: Az-Zumar: 49). Secara psikologi, kita lebih siap menerima kesuksesan, ketimbang mengadapi kegagalan, kita lebih sanggup dan percaya diri menjadi orang kaya, ketimbang diuji dengan kondisi ke-miskinan. Mungkin, telah banyak doa yang kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, agar Allah mengabulkan setiap keinginan kita, mungkin juga kita terlalu sering bermohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala untuk menjadikan kita orang nomor satu dilingkungan kita, mungkin terlalu sering juga kita berdoa agar kiranya Allah Subhanahu Wata’ala memindahkan batu ujian yang menghadang di depan mata. Bukankah yang kita butuhkan bimbingan-Nya saat kejayaan itu kita raih? Juga panduan dari-Nya yang kita butuhkan dalam hidup di dunia ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar