on line

Rabu, 21 Maret 2012

Malaikat pun Turun Mendengarkan

TENGAH malam itu suasana tenang dan hening sekali. Usaid bin Hudhair duduk di beranda belakang rumahnya. Dia menatap langit, bintang-bintang berkelap kelip entah berapa banyaknya. Tidak ada yang bisa menghitungnya. Puteranya Yahya yang masih balita sudah lama terlelap di sampingnya. Tidak jauh dari tempatnya duduk, seekor kuda siap tertambat. Sewaktu-waktu jika perintah perang fi sabilillah dari Rasulullah keluar, dia dapat dengan sigap menunggangnya. Di keheningan malam itu Usaid membaca Al-Qur'an dengan khusyu' dan penuh penghayatan. Ayat demi ayat dia lantunkan dengan suara merdu. Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Ketika Usaid melantunkan ayat-ayat suci tersebut, kudanya lari berputar-putar hampir memutuskan tali pengikatnya. Sampai di ujung ayat keempat Al-Baqarah tersebut Usaid menghentikan bacaannya, ingin tahu apa yang terjadi pada kudanya. Usaid tidak melihat apa pun. Tidak ada siapa-siapa. Bersamaan dengan berhentinya Usaid melantunkan ayat-ayat suci, kudanya kembali tenang seperti semula. Usaid kembali melanjutkan bacaannya. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. Kudanya kembali meronta, berputar-putar lebih hebat dari yang pertama. Usaid pun kembali menghentikan bacaannya. Anehnya kudanya kembali diam. Demikianlah terjadi berulang-ulang. Setiap kali Usaid membaca Al-Qur'an kudanya meronta, setiap kali Usaid diam, kudanya juga diam. Khawatir dengan keselamatan anaknya, Usaid membangunkan anaknya. Ketika itulah dia melihat ke langit, terlihat awan seperti payung yang mengagumkan. Belum pernah dia lihat sebelumnya. Besok pagi hal itu dia ceritakan kepada Rasulullah SAW. Beliau bersabda menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi: "Hai Usaid, itu malaikat yang turun mendengarkan engkau membaca Al-Qur'an. Seandainya engkau teruskan bacaanmu, pastilah orang banyak akan melihatnya pula. Pemandangan itu tidak akan tertutup bagi mereka." Usaid memang sangat mencintai Al-Qur'an, bahkan sejak pertama kali mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an dilantunkan oleh Mush'ab bin 'Umair, da'i muda yang dikirim Rasulullah SAW sebagai perintis dakwah di kota Yatsrib. Saat itu Mush'ab sedang menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang yang sudah masuk Islam, tiba-tiba Usaid datang. Usaid berkata dengan nada menuding: "Apa maksud tuan datang kesini? Tuan hendak mempengaruhi rakyat kami yang bodoh-bodoh. Pergilah tuan sekarang juga, jika tuan masih ingin hidup!" Dengan wajah tenang karena pantulan iman, Muish'ab menjawab: "Wahai pemimpin. Silahkan duduk bersama kami, mendengarkan apa yang kami bicarakan. Jika Anda suka apa yang kami bicarakan silakan ambil. Dan jika Anda tidak suka, kami akan meninggalkan Anda dan tidak kembali lagi ke kampung Anda ini" Usaid setuju, lalu mulai mendengarkan Mush'ab menjelaskan tentang Islam sambil membaca ayat-ayat Al-Qur'an di sela-sela pembicaraannya. Rasa gembira terpancar di muka Usaid. Dia langsung mengaguminya. "Alangkah indahnya apa yang tuan baca" kata Usaid. "Apa yang dapat saya lakukan jika aku ingin memeluk Islam?" katanya lebih lanjut. Di bawah bimbingan Mush'ab, Usaid masuk Islam. Sejak itu Usaid mencintai Al-Qur'an seperti seseorang mencintai kekasihnya. Itulah Usaid bin Hudhair yang malaikat pun turun mendengarkan bacaannya. (Diambil dari kolom Hikmah Republika, 10 Agustus 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar