on line

Rabu, 19 September 2012

PAHALA KETIKA BERBICARA

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya. Semua kata yang keluar dari lisan seorang muslim seharusnya punya konsekuensi yang lebih besar dan lebih bisa dipertanggungjawabkan. Ini disebabkan seorang muslim berbicara diawali dengan pemahaman atas apa yang dia bicarakan dan pemahaman atas konsekuensi-konsekuensi dari apa yang dia bicarakan, tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Pemahaman atas apa yang dia bicarakan membuat seorang muslim tidak bicara seenaknya sendiri. Ilmu menjadi dasarnya, baik ilmu yang diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal, bahkan ilmu dari pengalaman hidup sekalipun. Pemahaman terhadap ilmu ini akan membuat seorang muslim bisa bijaksana memilah kata-kata yang tepat, sesuai dengan latar belakang dan kecenderungan orang yang diajak bicara. Pengetahuan tentang konsekuensi atas apa yang dia bicarakan pun akan mendorong seorang muslim untuk menjaga lisannya agar hanya mengeluarkan kata-kata terbaik yang mengandung kemanfaataan dan keselamatan bagi orang lain. Bukan sekedar kata-kata basa-basi dengan harapan mendapat decak kagum dari orang lain. Bukan juga kalimat-kalimat manis yang diluncurkan hanya untuk tujuan-tujuan dan kepentingan pribadi, tanpa ada nilai manfaatnya bagi orang lain. Dalam beberapa hal, ini masih bisa ditolerir pada batas-batas tertentu. Namun bila kemudian menjadi kebiasaan yang berkepanjangan dikhawatirkan bisa menjerumuskan kita pada kata-kata dusta tanpa kita sadari, hanya untuk tujuan ini; tujuan pengakuan dari orang lain. Sungguh, sebuah kebohongan yang kita ucapkan sekali, dan kemudian kita ulangi kedua kali bahkan sampai ketiga kalinya tanpa adanya penyesalan akan menjadikan kita terbiasa olehnya. Satu kata kebaikan yang keluar dari lisan seorang muslim pun punya konsekuensi bahwa dialah orang pertama yang melaksanakan kata-katanya tersebut. Apa pun kata-kata itu; diucapkan langsung ataupun dalam bentuk tulisan. Bukan suatu yang mudah memang. Kadang tuntutan ini membuat kita jadi takut mengajak orang lain pada kebenaran. Akhirnya kita lebih memilih diam. Padahal satu kebaikan yang kita sebarkan melalui kata-kata kita, kemudian orang lain ikut melaksanakan, maka pahalanya akan mengalir kepada kita tanpa mengurangi pahala orang yang melaksanakannya sedikit pun. Apalagi jika kebaikan itu terus menyebar dan dilaksanakan oleh banyak orang, terus dan terus. Begitu murahnya Allah memberikan balasan berlipat-lipat atas kebaikan yang telah kita ucapkan kepada orang lain, walau itu hanya sepatah kata. Jika kemudian Allah juga menuntut kita untuk melaksanakan kata-kata kita, itu bukan bermaksud untuk memberatkan, tapi untuk menunjukkan kepada kita bahwa apa pun yang keluar dari lisan kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Berbicara untuk kebaikan dan kemanfaatan akan mudah kita lakukan jika ini sudah menjadi kebiasaan.Tanpa diatur terlebih dahulu, semuanya akan mengalir dengan sendirinya. Mudah dan ringan. Tentu saja bagi yang belum terbiasa harus memformat awal semua kebaikan di dalam kepala dan hati kita, kemudian kita ingatkan diri kita untuk mengulanginya kembali, melaksanakan sedikit demi sedikit apa yang kita mampu, berulang-ulang, sampai kemudian menjadi kebiasaan yang keluar secara otomatis. Yang jelas memang butuh waktu dan proses. Dengan demikian gagasan-gagasan dan emosi yang tersimpan di kepala dan hati bisa kita keluarkan dengan lebih baik, tanpa menimbulkan kesia-siaan bagi diri kita juga bagi orang lain. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Sangat besar kemurkaan Allah atas apa yang kamu katakan tapi tidak kamu perbuat.” (ash shaff : 2-3). Wallahu a’lam

Baca selanjutnya ..

Kamis, 06 September 2012

Halalbihalal 2

Ini adalah tulisan Halalbihalal(nulisnya hrs gandeng/sesuai bhs yg benar) yang kedua bagi saya. Bagi masyarakat Indonesia, Idul Fitri dan Halalbihalal bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa terpisahkan; saling terkait mempercantik nuansa masing-masing. Saling memaafkan dan menyambung tali silaturrahmi merupakan ajaran luhur dalam Islam. Setiap saat kaum Muslim harus mengindahkan ajaran ini tanpa memandang hari dan momen tertentu. Jadi tidak terbatas saat Idul Fitri saja. Bahkan secara tegas Allah Swt. akan melaknat orang yang memutuskan tali persaudaraan (QS. Muhammad: 22-23). Rasulullah juga menyabdakan yang artinya, "Tidak ada dosa yang pelakunya lebih layak untuk disegerakan hukumannya di dunia dan di akhirat daripada berbuat zalim dan memutuskan tali persaudaraan." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi). Betapa pentingnya memelihara hubungan persaudaraan agar tidak kusut, sampai-sampai Allah dan Rasul-Nya menegaskan laknat besar sebagai ganjaran bagi pemutus tali silaturrahmi. Bahkan urgensitasnya tampak begitu jelas manakala memelihara silaturrahmi ini dikaitkan dengan keimanan seorang Muslim. Seperti dalam hadits, "Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka sambunglah tali silaturrahmi." (HR. Al-Bukhari). Kegiatan ini juga sangat banyak nilai positifnya bagi kehidupan duniawi. Rasulullah menyabdakan, "Siapa saja yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan pengaruhnya, maka sambunglah tali persaudaraan." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Halalbihalal menjadi momen yang sangat tepat untuk memperbaharui dan mempererat persaudaraan. Aktivitas manusia yang begitu sibuk, bahkan sering mengharuskannya jauh dari kerabat, sangatlah membutuhkan suasana Halalbihalal. Paling tidak agar acara tahunan itu benar-benar menjadi perhatian khusus untuk ber-silaturrahmi dan saling memafkan bagi semua pihak. Ketimbang jikalau tidak ada acara tahunan seperti itu, mungkin kesibukan akan meleburkan perhatian mereka akan pentingnya ber-silaturrahmi. Saling maaf-memaafkan pada saat Idul Fitri dan Halalbihalal bukan berarti mengkhususkan maaf hanya pada momen itu saja. Terlebih dikatakan sebagai menambah-nambahi syariat (bid'ah). Yang terpenting adalah Muslimin meyakini bahwa saling memaafkan tidak memiliki batas waktu. Karena, jika sampai meyakini bahwa memaafkan dan silaturrahmi hanya berlaku saat Idul Fitri atau Halalbihalal saja, itulah yang salah secara syariat. Halalbihalal adalah salah satu bukti keluwesan ajaran Islam dalam implementasi nilai-nilai universalnya. Nilai universal silaturrahmi yang diajarkan bisa menjelma menjadi beragam acara sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah, dengan catatan tetap mengindahkan norma-norma Islam yang sudah ditentukan. Maka tidak boleh tercampuri kemaksiatan apa pun dalam implementasinya. Setelah manusia berbuat baik kepada Allah dengan berpuasa sebulan penuh; mengabdikan diri kepada-Nya. Maka pada momen Idul Fitri dan Halalbihalal, giliran mereka meneguhkan kesadaran persaudaraan antar sesama dengan saling memafkan dan berbagi keceriaan. Aktivitas ini sangat indah sebagaimana diisyaratkan surat al-Hajj ayat 77, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ "Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan supaya kamu mendapat kemenangan." Dan surat al-A'raf ayat 199, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." Maka, Halalbihalal meskipun asli kelahiran Indonesia, namun esensinya tetap Islami.Wallahua’lam bish-shawab.

Baca selanjutnya ..

Rabu, 05 September 2012

Undangan Halalbihalal

Undangam Temu Warga Perumahan Griya Citra Asri, RT.06 RW.01 Kelurahan Beringin – Sambikerep Surabaya, Kepada : Bapak / Ibu / Segenap Warga RT06 / RW 1, Assalamu'alaikum Wr. Wb, Rasa syukur mari kita haturkan kehadirat Allah SWT atas berbagai nikmat yang di limpahkan kepada kita semua, Salah satunya adalah kesempatan bersilaturrahmi. Oleh sebab itu sebagai sarana agar kita semua bisa berjabat-tangan dan saling Ber Ma’afan atas kesalahan yang telah berlalu, dengan ini kami mengundang Segenap warga untuk menghadiri acara Silaturrahim dan Halalbihalal. Yang Insya Allah akan di adakan pada, Hari : Sabtu Tanggal : 08 September 2012 Waktu : 19.30 Acara : Temu Warga dan Silaturrahim Tempat : Gang Tengah Depan RM 30-RM 31 Demikian undangan ini kami haturkan, Taqobalallahu minna waminkum Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala disetiap langkah menuju Majelis yang di Rahmati Allah SWT, Amin ya Robbal Alamin. Jazakumullah Khoiron Katsiiro Wassalamu'alaikum Wr. Wb Hormat kami, Administrator RT Darmanto

Baca selanjutnya ..

Minggu, 02 September 2012

BAHAN RENUNGAN

RAMADHAN tahun ini baru saja berlalu. Hari-hari di bulan Syawal sedang kita lalui. Sungguh beruntung orang-orang mukmin yang hari-harinya bersama Ramadhan. Ia merasakan dekapan Ramadhan dalam malam-malam yang penuh kesyahduan. Larut dalam untaian tilawah Alquran, berdzikir dalam khusyuknya salat malam. Kegersangan spritual ia isi dengan sungguh dalam beribadah sebagai tanda keinsafan. Ada sebuah kesadaran yang mencuat dari lubuk hati yang dalam, bahwa tidak ada jaminan untuk bersua dengan Ramadhan tahun depan. Jujur saja. Banyak perubahan yang dirasakan oleh kita selama bulan Ramadhan. Tiba-tiba secara pribadi tingkat kesolehan kita meningkat. Berbagai bentuk ibadah, seperti shalat malam (tarawih), tilawah Al-Quran, sedekah, dan mendatangi masjid atau mushalla begitu mudah untuk dilakukan. Ucapan dan tutur kata dijaga. Sikap malu untuk berbuat maksiat begitu terasa. Namun, pertanyaan menyeruak kepermukaan. Apakah ini tanda keinsafan kita atau malah menegaskan sikap kita yang aji mumpung? Di mana segala sesuatu diukur dari aji mumpung dan memanfaatkan apa yang sedang ada di depan mata. Bagi pedagang, Ramadhan adalah lembaran uang dari kepentingan bisnis dan ekonomi. Bagi pejabat, Ramadhan adalah ajang publikasi diri dan tebar pesona dengan balutan aneka bantuan untuk yang miskin. Bagi yang miskin, Ramadhan menggiatkan diri untuk meminta-minta belas kasihan kepada sang pemberi. Dan, Ramadhan hanya dijadikan singgah pertobatan yang menutup segala kemunafikan diri. Masihkah Ramadhan dengan nilai-nilai keutamaannya bersama kita? Pertanyaan ini sederhana, namun butuh tanggung jawab besar. Untuk itu, mari kita renungi apa apa yang sudah kita lakukan selepas Romadhon kita lihat di sekeliling kita Musholla sudah mulai di tinggalkan,Masjid terdekatpun berada dalam penantian imam dan jama’ah Mari kita renungkan dan telaah diri,sudahkah Romadhon tetap menginspirasi kita dalam ibadah se hari-hari. Semoga kita masih di beri kesempatan menikmati Romadhon selanjutnya,Amiiin

Baca selanjutnya ..