on line

Jumat, 27 April 2012

DIANTARA DUA LUBANG

Semua orang memiliki lidah, namun tak semua menyadari akan bahaya lidah,caci-maki, kutukan/laknat, ghibah, perkataan jorok, kebohongan dan perkara jelek lain yang bisa disebabkan sang lidah.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan, “Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” (HR.Ahmad) Juga, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga, beliau SAW menjawab : “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab : “dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan” (HR. At-Tirmidzi) Sungguh saya menyadari alangkah indah dan mulianya rambu-rambu Al-Islam, sedari awal ketemu saudara atau saudari kita saja, kita dianjurkan untuk saling melemparkan ucapan do’a nan indah, “Assalamu’alaykum….”, yang dengan kalimat itu, tak hanya menyebabkan senyum merekah, hati pun terasa sejuk tentram. sungguh indahnya ukhuwah islamiyah,subhanalloh. Aku sering membaca banyak buku ,di antara yang sangat istimewa dan akan selalu kuingat, insya Allah. Satu hal yang harus dilakukan ketika marah atau jengkel atau kesal, yaitu diam. Entah kesal terhadap atasan, partner kerja, dll, tidak boleh menulis email, mengirim sms, menelepon, atau menemui orang itu secara langsung selagi emosi. Email atau sms yang sudah terkirim akan berdampak fatal, kata-kata yang telah dikeluarkan, tak dapat dicabut kembali, imbasnya bisa rentetan peristiwa panjang bahkan berimbas ke berbagai hal. Setelah cooling-down, barulah menganalisa permasalahan yang terjadi, di saat itu kita bisa mencari solusi dengan pikiran tenang. Imam As-Syafi'i [Rahimullah] pernah mengingatkan bahwa“Jangan biarkan lidahmu menghina(mempermalukan) saudaramu karena dengan hal itu justru telah mempermalukan dirimu sendiri…”, kita sering lupa, tutur lidah sudah terlanjur mencela orang di hadapan kita, padahal seringnya sosok tersebut adalah sahabat, saudara,suami/istri, atau bahkan orang tua yang kita cintai, kita lupa bahwa Allah ta’ala membenci kesombongan yang diluncurkan si lidah tajam. Kita lupa bahwa ucapan yang baik-baik pun dapat menjadi pemberat amal kebajikan di hari perhitungan kelak. Janganlah kami menjadi orang yang merugi ya Allah… Ampuni kami yaa Allah, Mohon limpahkan kekuatan bagi diri ini agar dapat menjaga segala amanah-Mu, termasuk menjaga untaian kata yang akan dilantunkan oleh lidah ini, aamiin. Wallohu’alam bisshowab.

Baca selanjutnya ..

Senin, 23 April 2012

SALAH MEMBAWA.....

Kopi yang kubuat masih mengepulkan asap ketika kulihat Seno, salah seorang rekan kerja di bagian EMKL datang. Langkahnya terlihat tergesa-gesa sejak ia membuka pintu, mengundang rasa penasaranku. “Kenapa terburu - buru, Sen?” tanyaku ingin tahu. “Document eksporku ketinggalan,” jawabnya singkat. “Memang nya closing nya kapan?” tanyaku makin penasaran. Kulihat ia sibuk membuka beberapa map di atas meja. “Sore ini, tadi aku sudah ke bea cukai,pas aku mau stempel basah documentnya,aku salah membawa document export” jawabnya sambil terus membolak balik tumpukan map yang semuanya berwarna sama, merah. Hanya sampai di sini Seno becerita, selanjutnya setengah berlari ia bergegas menuju keluar kantor. Suara motornya terdengar jelas saat ia memacu motor nya menuju kantor Bea cukai. Salah membawa Document, itu yang terjadi pada Seno. Karenanya, ia harus kembali ke bea cukai untuk stempel document. Karenanya pula, dia harus bolak balik. Beruntung saat itu waktu closing document masih mencukupi , se andai nya waktunya tidak mencukupi akibatnya bisa fatal,karena container export akan di tinggak oleh kapal . Dan beruntungnya lagi, kesalahan Seno membawa document masih terjadi di dunia. Seandainya kesalahan membawa document atau bawaan atau bekal ini terjadi di akhirat kelak, sudah tentu tak ada lagi kesempatan untuk kembali ke dunia, menukar apalagi mengumpulkan perbekalan. Kejadian Seno salah membawa document menggugah kesadaranku. Siapkah aku dengan perbekalan untuk akhiratku? Benarkah bekal-bekal yang kusiapkan adalah yang aku butuhkan di sana? Jangan-jangan bukan saja tidak mencukupi tapi justru aku salah menyiapkan. Astaghfirulloh! Jangan salah menyiapkan dan membawa perbekalan. Bukan harta, bukan tahta, bukan bagusnya rupa dan bukan pula keluarga yang akan menjadi bekal kita di akhirat kelak. Tapi bagaimana kita menggunakan itu semua untuk beribadah, menggapai keridhoan Nya. Dan satu hal yang jangan sampai kita lupa, jangan terlena dengan perbekalan yang telah dikumpulkan. Apapun yang telah kita siapkan, bisa saja tak terbawa hingga ke akhirat ketika kita berpulang menghadapNya tidak membawa iman dan islam. Jadi, kumpulkanlan bekal sebanyak-banyaknya dan pastikan semuanya tidak menjadi sia-sia, berusaha serta berdoalah agar tidak dimatikan kita kecuali dalam keadaan membawa iman dan islam. Semoga kelak ketika kita hadir di persidangan Nya, kita tidak salah membawa bekal karena apapun dan berapapun perbekalan yang kita bawa, tidak ada lagi kesempatan untuk kita kembali ke dunia, menukar apalagi mengumpulkan berbekalan.

Baca selanjutnya ..

Minggu, 15 April 2012

MAHLIGAI CINTA BERUMAH TANGGA

Saat ikrar suci telah terucap. Visi hidup bersama telah saling dipahami. Misi kebersamaan pun akan segera dimulai. Setahap demi setahap, tapi pasti. Mencoba meraih keberkahan dalam setiap jeda detik kebersamaan. Belajar memaknai arti cinta disaat berdua, maupun di kala tidak bersama. Semua harus bernilai ibadah, karena dijalan-Nya kita menikah. Itu motivasi awal menikah yang harus dibangun sebelum yang lainnya. Dan kini, ketika Allah telah mempertemukan kita dalam ikatan yang agung, maka kinilah pula saatnya kita membuktikan keseriusan kita menikah di jalan-Nya. Jangan sampai visi kabur. Jangan sampai misi gagal. Sehingga kebersamaan ini menjadi tidak berarti. Sungguh, Rasulullah telah banyak mengajarkan kepada kita, bagaimana cara menikmati kebersamaan ini dengan cara yang sangat istimewa. Ada syukur dalam suka. Ada sabar dalam duka. Karena, kalau tujuan kita menikah hanya hidup bersama saja, maka sesungguhnya binatangpun juga bisa melakukannya. Makanya, harus ada yang istimewa dalam merayakan cinta kita ini. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi menjelaskan bahwasanya sebuah suapan suami ke mulut istrinya juga bernilai sedekah yang sangat berarti disisi Allah Ta’ala. Maka, sungguh sayang jika kebersamaan kita hanya berlalu begitu saja. Hanya fisik yang bersatu atau hati yang saling mengagumi saja. Tanpa ada pahala yang bisa kita raup didalamnya. Bukankah kita sudah sepakat untuk membangun mahligai cinta kita diatas pilar takwa? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu hurairah, Rasulullah pernah menyampaikan sebuah langkah terapan, tentang bagaimana kita bisa menikmati cinta kita dengan cara yang tidak biasa. Kalau biasanya orang-orang menikmati cinta mereka dengan ber bulan madu, atau berlibur sambil ber bulan madu ke tempat wisata, bahkan ke luar negeri, maka mari kita menikmati romantika cinta kita dengan cara yang lebih istimewa. Rasulullah bersabda, “Allah merahmati seorang laki-laki, bangun di malam hari, lalu shalat dan membangunkan istrinya sehingga ikut serta shalat. Dan jika sang istri enggan, maka ia percikkan air ke wajahnya. Dan Allah merahmati seorang wanita, bangun di malam hari, lalu shalat dan membangunkan suaminya, sehingga ikut serta shalat. Dan jika enggan, maka ia percikkan air ke wajahnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Jarir, Hakim, Ibnu Hibban dan Baihaqi) Allah merahmati, artinya Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita. Allah mengucurkan kasih sayang-Nya kepada kita. Sehingga mata air cinta dan kasih dalam hatinya tidak kering. Dan dengan itu, cinta diantara mereka akan terus mekar dan bersemi, karena diairi dengan mata air kasih Ilahi. Menjadi suami atau istri adalah peran kedua kita. Sedangkan ‘ubudiyah (menghambakan diri pada Allah) adalah peran utama kita dalam hidup ini. Mari kita mainkan peran ini bersama-sama. Dalam ridha-Nya kita bertemu. Dan dengan keta’atan kepada-Nya kita isi hari -hari cinta kita. Yang jelas, cinta kita bukan cinta biasa. Kebersamaan kita bukan kebersamaan biasa. Makanya, harus kita nikmati pula dengan cara yang tidak biasa. Dengan cara yang sangat istimewa. Ya Robb,Jadikan Rumah Tangga kami selalu ber bingkai Iman di bawah Ridho MU,Amin.....

Baca selanjutnya ..

Jumat, 13 April 2012

DUNIA OH DUNIA.....

Banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menerangkan tentang kebaikan dan keutamaan dunia. Di sisi lain banyak juga ayat-ayat dan hadits-hadits yang memandang rendah nilai dunia. Sepintas, tampaknya ada pertentangan dalam firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Tetapi, yang sesungguhnya adalah seperti dua sisi mata uang. Satu sama lain tidak bisa saling meniadakan. Antara sisi positif dan negatifnya. Pujian terhadap dunia adalah motivasi kepada pemiliknya agar sisi kebaikan dunia digunakan secara maksimal untuk kebajikan dan ketaatan kepada Allah yang Mahapemurah. Begitu juga, kutukan dan celaan terhadap dunia bukan sebagai ajakan untuk meninggalkan dunia, melainkan agar manusia waspada, tidak tenggelam dalam jebakannya lalu melupakan tujuan penciptaannya. Dunia dipuji dan dipandang bermanfaat jika dapat menjadi sarana untuk mendorong orang rajin beribadah. Sebagai kendaraan untuk membawa pemiliknya lebih dekat kepada Allah. Ia adalah ladang persemaian untuk tanaman akhirat. Menjadi jembatan penghubung antara kebahagiaan dunia dan akhirat. Pada sisi inilah Allah menyebut harta dunia sebagai khairan(sesuatu yang baik) dan qiyaman (saka guru) kehidupan. Harta seperti inilah yang tidak boleh disia-siakan dan diserahkan kepada orang yang tidak becus mengelolanya. “Janganlah kamu berikan harta-hartamu kepada orang-orang bodoh yang (mana harta itu) telah Allah jadikan untukmu sabagai sakaguru kehidupan.” [Qs. 4 : 5] Rasulullah saw. melarang orang menyia-yiakan hartanya dan berpesan kepada sahabatnya: “Sesungguhnya jika Kau tinggalkan ahli warismu sebagai orang-orang kaya adalah lebih baik dari pada Kau tinggalkan mereka menjadi beban orang lain.” [Hr. Bukhori] Harta yang baik dan yang dipergunakan untuk kebaikan inilah jika pemiliknya mati terbunuh karena mempertahankan hartanya, kematiannya dianggap syahid. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa terbunuh karena mempertahankan hartanya, maka dia mati syahid.” [Hr. Bukhori] Sebaliknya dunia dipandang hina, jika dikejar hanya sebatas untuk kepentingan duniawi. Membuat orang lalai dan sibuk dengan urusan dunia yang fana, melupakan kehidupan abadi. Di sisi inilah dunia menjadi terkutuk. Dicela sebagai “kesenangan yang menipu.” Dipandang tidak lebih berharga dari bangkai anak kambing dan tidak lebih berat dari sayap nyamuk. Yaa Robb,Jadikan kami orang-orang yang terpilih,selalu Istiqomah menjalankan Segala perintah dan laranganMU, Amiin,....

Baca selanjutnya ..

Rabu, 11 April 2012

Allah oh Allah...

Allah, aku tak kan mengeluh akan keadaanku ini. Keadaan yang Engkau ciptakan adalah untuk sebaik-baik makhluk. Kau beri aku kekurangan, tapi ketika kawan-kawanku ber anggapan aku punya kelebihan. Maka, tak ada alasanku mengumbar kekurangan dan mencaci kelemahan. Allah, aku tak kan mengeluh akan bentuk fisikku. fisik yang engkau berikan padaku adalah sebaik-baik bentuk. Aku tak Engkau berikan bagian tubuh yang cacat. Aku pun masih dapat berfikir normal. Jika ku lihat di luar sana, masih banyak yang Engkau berikan ujian berupa bentuk fisik yang tak sempurna. Mereka mampu tersenyum, menjadikanku malu untuk mengeluh. Allah, aku tak kan mengeluh akan hidupku. Karena yang Engkau titipkan adalah yang aku butuhkan. Jika aku berkata bahwa ini kurang dan itu kurang, sebenarnya adalah nafsuku yang berkata. Allah, aku tak kan mengeluh tentang semua. Karena ketika aku mengeluh, maka akan terlontar perkataan-perkataan buruk yang aku tau bahwa perkataan sejatinya adalah do'a. Maka jika aku mengeluh, sesungguhnya aku telah mengucap do'a untuk diriku sendiri. Allah, aku tak kan mengeluh. Setelah ku pahami, kasih sayangMu yang tak terhingga. PemberianMu yang mengalir deras bak aliran sungai. Aku malu jika aku mengeluh. Aku seolah menjadi makhluk yang tak pernah berterimakasih. Allah, aku tak kan mengeluh. Memperlihatkankan segala resah dan gundah pada semua orang. Yang mungkin tidak semua akan memahaminya, karena yang ku tahu masing-masing dari mereka juga memiliki beragam masalah. Allah, aku tak kan mengeluh. Setelah ku sadari arti hadirMu. Bukan hanya Dzat yang menciptakan alam semesta, tapi Engkau adalah sebaik-baik kawan yang selalu setia mendengar, memahami dan memberi solusi. Jadi, kepadaMu-lah sepantasnya semua keluhan terlontar. Allah, aku tak kan mengeluh tatkala Engkau berikan apa yang bukan menjadi inginku. Karena aku tahu, bahwa Engkau lebih tahu aku daripada diriku sendiri. Engkau berikan ini meskipun terlihat buruk bagiku, tapi sebenarnya ada sesuatu yang luar biasa jika ku pahami dan ku fikirkan. Allah, aku tak kan mengeluh. Tanpa sadar aku menjadi hamba yang kufur. Bisa saja Engkau langsung binasakan aku, tapi Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Aku yang senantiasa membutuhkanMu bukan sebaliknya. Kau beri aku kesempatan untuk memohon ampun. QS. Ar Rahman : 21 Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Baca selanjutnya ..

Senin, 09 April 2012

BER MULA DARI MIMPI

Teruslah bermimpi, tapi jangan jadi pemimpi. Kata-kata yang sederhana tapi memiliki arti yang sangat dalam. Tatkala banyak orang yang terbuai dalam mimpi-mimpi yang mereka buat tanpa ingin bangun untuk mengakhiri mimpi tersebut. Mereka hidup di dunia nyata tapi kehidupannya tak sesuai dengan realitas yang ada. Mereka bermimpi untuk hidup enak, menjadi orang kaya, punya mobil, punya rumah mewah tapi tak pernah ada usaha. Duduk bersantai tanpa ada gerakan untuk menjemput semua mimpi-mimpi itu. Sebuah mimpi yang tak hanya terpikirkan di otak lalu menguap di udara. Tetapi mimpi yang merupakan suatu tujuan ingin seperti apa kita di masa depan. Mimpi, yang bukan sekedar bunga tidur yang hadir tanpa kita sadari tapi mimpi yang terjadi dari hasil keinginan dan cita-cita kita. Kemudian berusaha untuk mengejar mimpi itu. Sebelum saya menyadari apa itu mimpi, belum terbayang dalam otak saya, hendak menjadi apa saya kelak. Apakah hanya sekedar singgah di dunia, lahir, dewasa, sekolah, kerja, nikah dan mati?? Tapi saya tak ingin hanya seperti itu. Hidup saya harus bermanfaat. Minimal bermanfaat untuk diri saya sendiri,keluarga dan Orang tua.. Yang kelak dapat bermanfaat bagi orang lain. Salah satu faktor yang membuat saya memiliki mimpi adalah mengamati lebih banyak, mendengar lebih banyak dan merasa lebih banyak. Saya mengamati orang-orang di sekeliling saya, mendengar hal-hal yang dapat membuat saya menjadi semangat dan lebih membuka mata hati. Saya juga membaca buku-buku yang membuat saya menjadi lebih terpacu untuk memiliki mimpi.  Salah satu mimpi saya dan istri adalah ingin ke Baitullah. Tak peduli bahwa kapan kami bisa berangakat. Yang saya lakukan adalah terus menerus menjaga ketaqwaan secara Istiqomah. Dengan begitu saya akan merasa siap secara lahir dan batin. Saya amati, di dalam lingkungan di Musholla daerah kami,kebanyakan orang sudah terlanjur nyaman dengan kehidupan yang mereka jalani. Untuk berfikir mengenai perubahan, mereka merasa enggan. Karena merubah cara berfikir bukanlah suatu hal yang mudah jika telah terlena dengan kehidupan yang di anggap nyaman. Saya yakin, kebanyakan mereka memiliki potensi yang luar biasa. Karena sesungguhnya Allah telah menganugerahkan manusia dengan potensinya masing-masing. Lalu bagaimana manusia tersebut menggali dan mengembangkannya.  Dengan merubah cara berfikir dan berani bermimpi, maka kita akan bisa berjalan hendak kemana. Bukan berjalan di tempat. . Karena kita semua bisa, jika kita berusaha. Berusaha untuk membuat bangga diri sendiri sebelum kita membuat orang lain bangga dengan kita. Karena Allah tak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum tersebut berusaha mengubahnya terlebih dahulu. Wallahua’lam.

Baca selanjutnya ..

Minggu, 08 April 2012

KE IKHLASAN

Allah Swt berfirman:  “Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan’. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat). Iblis menjawab, Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas diantara mereka.( Q.S Shaad: 79-83) Subhanallah! Hanya ada satu golongan yang selamat dari gangguan Iblis, yaitu manusia yang ikhlas. Saya yakin ,tentunya kita semua ingin selamat dari gangguan iblis dan bala tentaranya. Ikhlas,Mudah di ucapkan tapi sangat susah di laksanakan,terutama berkaitan dengan sesuatu yang merugikan kita,bahkan untuk sekedar mendefinisikan kata ikhlas itu sendiri tidak ada / belum ada kata yang bisa meng artikulasi makna yang sebenar nya. Tapi,biarlah masing masing orang men arti kan sendiri,yang penting makna yang terkandung tidak mengurangi makna ikhlas itu sendiri. Pertanyaannya kemudian, Apakah kita termasuk hamba yang ikhlas? Sejenak kita renungkan, dan bertanya pada diri… Tentang niat dalam setiap perbuatan kita… Apa niat kita saat melakukan sesuatu? Apa niat kita saat berangkat bekerja? Apa niat kita mendidik anak kita? Apakah kita rajin ke musholla untuk meraih gelar orang soleh? Giat bekerja untuk memperoleh uang sebanyak-banyaknya? Mendidik anak agar mereka kelak menjadi orang sukses? Adakah semua kita lakukan dalam rangka mengharap ridha Allah… Adakah Allah dalam tujuan kita? Berjuang untuk ikhlas. Saya sendiri kadang merasakan jenuh melakukan rutinitas pekerjaan di kantor. Jenuh luar biasa.Setiap hari, pekerjaan yang sama, seolah tak ada habisnya… Tetapi ketika saya ingat akan niat ikhlas, batin pun segera berucap ,Ya Rabb, semua kulakukan hanya mengharap ridha-Mu…Alhamdulillah yang terjadi kemudian segala rasa jenuh sirna, semangat kembali membuncah dalam dada… dan baiknya juga jika sebelum melakukan sesuatu kita bertanya dulu pada diri, ridhakah Allah bila kita melakukan perbuatan ini? Dengan bertanya seperti ini, insya Allah, kita akan selamat dari godaan iblis dan bala tentaranya. Subhanallah… betapa indahnya jika setiap perbuatan kita didasari dengan keikhlasan, semata mengharap ridha-Nya… Karena ikhlas,pekerjaan beratpun akan dirasa ringan, segala penat akan sirna… Bila melakukan kebaikan jangan mengharap pujian, ataupun mengharap ucapan terimakasih.. Karena pengharapan kita kepada manusia tanda bahwa kita masih belum ikhlas.. Karena ikhlas adalah semata karena Allah Segalanya, awali dengan niat ikhlas. Benahi, teguhkan selalu niat kita, insya Allah kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mukhlis… Satu tujuan kita, ridha Allah semata. “Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku…”(Q.S Al-An’am:162-163) Yaa Robb,Jadikan kami pada golongan orang-orang yang mukhlisin,Amin.... Wallahu’alam bishshawaab.

Baca selanjutnya ..

Kamis, 05 April 2012

Sumber segala Pertimbangan

Adalah Luqman Hakim dan anaknya yang sedang berjalan di sebuah pasar menuntun seekor himarnya.Dalam sebuah riwayat diceritakan: ''Pada suatu hari Luqman Hakim masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar, dan anaknya mengikut dari belakang sambil berjalan. Melihat tingkah laku Luqman itu, sebagian orang-pun berkata, ‘Lihat deh orang tua yang gak punya rasa kasihan, anaknya dibiarkan berjalan kaki.” Setelah mendengarkan desas-desus kurang mengenakkan dari orang sekitar, maka Luqman-pun turun dari himarnya dan menaikkan anaknya keatas himar,lalu luqman jalan menuntun. Tak berapa jauh Luqman melangkah, orang di pasar berbisik lagi hingga terdengar olehnya, “Lihat deh orang tuanya jalan kaki sedangkan anaknya enak-enakkan naik himar itu, sungguh gak punya adab anak itu.” Luqman-pun sedikit jengkel mendengar ocehan mereka, akhirnya ia-pun terus naik ke atas himar bersama dengan anaknya. Lagi-lagi orang-orang di pasar berkata , “Lihat itu,dua orang menaiki seekor himar, sungguh orang itu telah menyiksa himar.” Akhirnya karena tidak suka mendengar percakapan orang-orang di pasar, Luqman dan anaknyapun turun dari himar dan berjalan menuntun himarnya, lalu apa yang terjadi? Yah, terdengar lagi orang-orang usil mencibir, “Dua orang kok berjalan kaki, sedangkan himarnya gak dikendarai, betapa bodohnya mereka” Luqman pun terus berlalu dan tak lagi menghiraukan perkataan-perkataan mereka. Dalam perjalanan pulang ke rumah,Luqman Hakim lantas memberikan nasehat kepada anaknya tentang sikap manusia dan ocehan mereka yang tadi dia alami ketika berada di pasar, katanya, “Sesungguhnya tidak akan terlepas seseorang itu dari pergunjingan manusia. Dan hanya orang yang berakal yang akan mengambil pertimbangan hanya kepada Allah S.W.T saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam setiap urusan hidupnya.” Kisah Luqman Hakim diatas bukan hal yang biasa lagi sedari zaman dahulu sampai sekarang di lingkungan sosial masyarakat. Ketika ada sesuatu yang tidak biasa maupun normal sekalipun dari urusan kita, semua sangat berpotensi akan menjadi bahan gunjingan maupun celaan manusia usil dan jahil. Yang benar menurut agama sekalipun tak lepas dari bahan celaaan dan gunjingan tidak berdasar dari orang yang suka mencari kesalahan yang hanya mengandalkan selera nafsu maupun logika mereka. Tentu perkara ini harus kita sikapi dengan bijak dan lapang dada namun tetap berdiri diatas Hukum yang Allah.SWT tetapkan, seperti nasihat Luqman Hakim kepada putranya--pertimbangkan segala sesuatu itu menerut kebenaran dan kebaikan berdasarkan apa yang Allah anggap baik dan tinggalkan apa yang Allah anggap buruk, kebaikan itu relative tetapi kebenaran itu pasti ada yang paling benar, yaitu apa yg Allah.SWT perintah maupun larang. Inilah yang harus menjadi landasan pertimbangan seseorang muslim dalam menentukan suatu keputusan dalam kehidupan. Jangan sampai--hanya untuk menyenangkan orang lain dan mengikuti kebanyakan orang, tetapi tindakan kita tidak sesuai dengan Syariat dan perintah Allah SWT, batasan dilanggar dan membuat Allah.SWT menjadi cemburu. Bila kita menuruti setiap perkataan menurut selera dan kemauan orang lain,betapa kita akan dibuat kebingungan minta ampun, karna selera dan sudut pandang maupun pondasi kebenaran manusia itu bermacam-macam sumbernya, ada yang dari hawa nafsu dan pendapat mereka sendiri maupun dari sumber hukum orang kafir.Maka tak heran jika di Zaman sekarang ini, banyak yang baik-baik malah dianggap salah dan begitupun sebaliknya,hukum Agama ditinggalkan dan akal dijadikan tuhan-tuhan baru, pada akhirnya makin dekatlah pada kesesatan dan tinggallah Agama menjadi sekedar formalitas. Jika tidak punya prinsip yang kuat, kita kan terombang ambing dalam kebimbangan dalam setiap keadaan,dan pada akhirnya malah jadi gak punya pendirian. Soo ! jika kita seorang Muslim dan manusia yang berakal,maka sudah seharusnya menjadikan Islam dan Allah maupun Rasul-Nya dijadikan segala sumber dan pertimbangan dalam mengambil setiap keputusan.Jadikanlah Allah sebagai sumber segala pertimbangan dalam setiap langkah di kehidupan kita, bahkan harus kita jadikan suatu Prinsip Hidup yang kokoh yang tertancap kuat di dalam dada. Jika saja semua hal mengambil sumber kebaikan dari apa yang Allah anggap baik, InsyaAllah, Allah memberikan jaminan untuk kebahagiaan kita di Dunia maupun Akhirat. *** Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau gelincirkan hati kami setelah Engkau tunjukkan jalan yang benar kepada kami, dan berikanlah kepada kami dari sisi-Mu Rahmat kasih sayang, sesungguhnya Engkau Maha memberi ( Ali Imran : 8) Wassalam :)

Baca selanjutnya ..

Minggu, 01 April 2012

PEMIMPIN HARAPAN KITA

Kehadiran pemimpin sangat diperlukan dalam mengatur kehidupan umat manusia. Tanpa kehadiran seorang pemimpin maka kehidupan umat manusia akan mengalami kekacauan. Menjadi pemimpin tidaklah mudah, seperti yang disampaikan oleh Umar Bin Khattab. Ketika Umar Bin Khattab menjadi khalifah ada seorang sahabat yang bertanya, bagaimana perasaanmu setelah menjadi khalifah. Lalu Umar pun menjawab,” yang Aku rasakan sekarang ini, ibarat Aku tidur terlentang di atas meja dan ada pedang tergantung di atas yang siap untuk membelah dadaku”. Umar ingin mengatakan bahwa menjadi pemimpin bukanlah posisi yang nyaman, tapi posisi yang terancam. Mengapa Umar merasa demikian karena Dia menyadari kepemimpinannnya ini akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Kepemimpinannya akan dihisab di mahkamah akherat kelak, siapa yang mau mencari kesulitan di hari yang sangat sulit itu. Hingga sejarah pun mencatat kegemilangan Umar dalam memimpin, bukan karena setelah memimpin beliau berubah menjadi raja yang hidup mewah di istana dengan bergelimang harta benda. Justru Umar ketika menjadi khalifah lebih sederhana dari sebelumnya. Dia tidak memiliki pasukan pengawal, tidak memiliki baju kebesaran sang raja yang menyapu lantai dan tidak memiliki permadani cantik . Umar tetaplah Hamba Allah yang juhud, bahkan selama menjadi khalifah hanya memiliki dua helai baju yang sudah lusuh. Kesederhanaan Umar tidak melunturkan wibawanya, bahkan kepemimpinannya sangat dipuji oleh rakyatnya dan disegani oleh musuh-musuhnya. Umar sudah berhasil menempatkan kepemimpinannya di atas landasan keimanan yang kokoh. Sehingga sangat berhati-hati dalam setiap langkahnya, takut dengan murka Allah. Semboyan Umar dalam kepemimpinannya “ Biarlah Aku yang lapar duluan dibandingkan rakyatku, dan biarlah Aku yang kenyang belakangan di bandingkan rakyatku. Umar sangat mementingkan kepentingan rakyatnya diatas kepentingan pribadi dan keluarganya. Umar tidak menjadikan posisinya sebagai ajang untuk memperkaya diri, menimbun harta untuk anak cucu, bahkan Umar menjauhkan diri dan keluarganya dari fasilitas umat sekali pun hanya sesendok madu. Umar memandang jabatannya sebagai khalifah sebagai beban yang berat dan sebaliknya bukan sebagai kemuliaan yang harus dibanggakan, sehingga jabatan tidak merubah gaya hidupnya, sebaliknya malah menambah keimanan dan kejuhududannya. Walaupun dalam pandangannya jabatan sebagai khalifah sangatlah berat namun bukan berarti harus lari dari tanggung jawab dan menyerahkannya kepada orang lain. Demikianlah seharusnya diteladani oleh kaum muslimin, jangan sampai karena takut oleh godaan jabatan maka tidak mau jadi pemimpin. Menjadi pemimpin adalah salah satu misi hidup kita selain beribadah kepada Allah. Menjadi pemimpin adalah misi horizontal kehidupan kaum muslimin. Mengamankan kepemimpinan umat adalah salah satu agenda yang harus diperjuangkan. Jangan sampai kepemimpinan jatuh kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab, diemban oleh orang-orang yang tamak dan rakus terhadap kekayaan, serta kepemimpinan jatuh pada orang-orang yang tidak takut kepada Allah. Sehingga jabatan yang dipegangnya dijadikan sarana untuk memperkaya diri dan menyeret umat pada kesesatan yang nyata. Jika kepemimpinan jatuh pada orang yang amanah maka tentu rakyat tidak perlu lagi menderita. Tidak ada lagi rakyat yang hidup di kolong-kolong jembatan, mengemis di jalanan, menjual diri karena lapar, terlantar di negeri orang karena mencari pekerjaan. Rakyat tidak perlu lagi menangis karena himpitan hidup. Tentunya pemimpin yang senantiasa menyadari bahwa jabatannya hanyalah titipan Allah yang akan dimintai pertanggung jawabannya. Mudah-mudahan para pemimpin Bangsa ini senantiasa merenungi dan mengingat peringatan Allah dalam surat Ali Imran ayat 26-27. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup[191]. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".

Baca selanjutnya ..