on line

Rabu, 29 Februari 2012

ROSSUL PUN RINDU UMAT NYA

Rasulullah SAW bersabda : "Sungguh, aku sangat ingin bertemu dengan saudara-saudara kita." Para sahabat bertanya : "Bukankah kami ini saudara-saudaramu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Kalian adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita adalah mereka yang belum datang." Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairoh. Perawi yang lain meriwayatkannya dengan lafazh "Ikhwaaniladzii na aamanuubii walamyaraunii." yang artinya " Saudara-saudaraku adalah mereka yang beriman denganku namun tidak sempat bertemu denganku." (Tercantum dalam kitab Ash Shahiihah(no.2927) Ternyata Rasulullah begitu rindu kepada kita ummatnya meski belum pernah bertemu karena tidak sezaman dengan beliau. Namun kita tahu tidak sekedar percaya saja dengan diutusnya beliau sebagai Rasul Allah. Namun yang dirindukan Beliau adalah yang iman yaitu yang berarti yang berpegang teguh dengan sunnah beliau serta berpedoman kepada petunjuk beliau, meskipun zaman semakin berubah dan nampak asing di mata orang-orang pada umumnya. Bagaimana untuk bisa menjadi orang yang termasuk dirindukan Beliau SAW ternyata adalah melakukan dan menghidupkan sunnah-sunnah beliau. Tentunya akan sulit melaksanakan jika kita tidak tahu ilmunya. Oleh karena itu jangan pernah cukup menimba ilmu(agama) yang shahih(benar). Karena kebutuhan ilmu itu melebihi kebutuhan kita terhadap makanan dan minuman. Dengan ilmu kita bisa ittibaurrasul(mengikuti Rasul), karena kriteria diterimanya amal itu ada dua Ikhlas karena Allah dan ittibaurRasul. Kita beramal sedemikian ikhlas namun tidak sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan maka Allah tidak menerima amalan kita. Pun sebaliknya, syarat itu memang ibarat sekeping mata uang yang tak bisa dipisah dan tiada artinya sekiranya hanya satu sisi saja. Allah berfirman dalam QS Al 'Alaq 1-5 :" Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan Manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Ayat tersebut adalah pembuka wahyu Allah kepada Rasulullah SAW, didalamnya terdapat isyarat tentang ilmu, dan bahwa Agama ini tegak diatas ilmu. Sejauh mana kesungguhan kita dalam menuntut ilmu itu? Semoga kita termasuk orang-orang yang dirindukannya. Wallahua'lam bishawwab..

Baca selanjutnya ..

Senin, 27 Februari 2012

DALAM ANTRIAN KEMATIAN

Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Belakangan, berita kecelakaan di jalan raya kerap menghiasi tayangan di televisi, juga menjadi sorotan berbagai media massa lainnya. Selain berita-berita tersebut, sebenarnya mungkin masih banyak kecelakaan lain yang tak terekspose media. Dibalik musibah selalu ada hikmah. Begitupun kecelakaan di jalan raya yang belakangan ini sering terjadi juga memberi kita sebuah pelajaran, menggugah kesadaran bahwa maut bisa datang kapan saja, di mana saja, dengan cara yang tidak terduga, termasuk kecelakaan di jalan raya. Inilah ketetapan, kepastian yang Allah rahasiakan. Dan disadari atau tidak, kita pun sebenarnya berada dalam antrian. Entah di urutan keberapa, entah setelah siapa, yang pasti suatu saat nanti akan tiba giliran kita juga. Jangan karena masih muda, sehat, kaya dan sedang berjaya lalu merasa antrian kita masih jauh. Masih banyak mereka yang sudah tua, atau masih muda tapi sakit-sakitan, antri di depan kita. Jangan pernah beranggapan demikian. Banyak fakta menunjukan, seorang yang sudah lanjut usia, terisak pelan menghadiri pemakaman cucunya yang masih belia. Juga mereka yang beberapa hari sebelumnya masih terbaring di rumah sakit, turut menjadi saksi pemakaman orang yang kemarin membezuknya. Jangan katakan ini menyeramkan, karena memang kenyataan. Kita dalam antrian. Jangan pula bilang takut, karena rasa takut tak akan membatalkan maut. Siap atau tidak, bila sampai waktunya, maut tetap akan datang menjemput. Usia bukan jaminan, harta, jabatan dan kesehatan bukan andalan. Kesemuanya bukan penentu urutan kita dalam antrian. Tapi selama dalam antrian, semua bisa kita gunakan untuk mengumpulkan perbekalan yang kita butuhkan di kehidupan abadi kelak. Karena kita tidak tahu di mana sebenarnya posisi kita dalam antrian, maka perbekalan amal kebaikan harus benar-benar dipersiapkan. Jangan salah membawa bekal, jangan pula sampai tertinggal. Apa yang akan kita dapatkan kelak adalah sesuai dengan apa yang kita upayakan sekarang. Mari sama-sama memastikan bahwa selama antri tidak sekalipun kita keluar dari jalur yang ditetapkan. Insya Allah.

Baca selanjutnya ..

Kamis, 23 Februari 2012

RENDAHKAN HATI,TINGGIKAN HARGA DIRI

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang bersikap tawadhu karena mencari ridha Allah maka Allah akan meninggikan derajatnya. Ia menganggap dirinya tiada berharga, namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Barangsiapa yang menyombongkan diri maka Allah akan menghinakannya. Ia menganggap dirinya terhormat, padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina, bahkan lebih hina daripada anjing dan babi,” (HR al-Baihaqi). ---------- Seharusnya seorang mukmin itu ibarat padi. Makin berisi makin merunduk. Malam itu Umar bin Abdul Aziz sedang berada di kediamannya. Khalifah kaum Muslimin yang keadilannya dikenal hingga kini itu, sedang menulis. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Seorang tamu masuk dan berbincang dengan sang khalifah. Saat itulah lampu yang berada di atas meja Umar redup dan sepertinya kehabisan minyak. Sang tamu buru-buru bangkit dari duduknya dan berkata, “Biar saya yang memperbaikinya.” Maksudnya, mengisi ulang minyak bakarnya. “Menyuruh tamu, bukanlah perbuatan mulia,” ujar Umar. “Kalau begitu, kubangunkan pembantumu!” “Ia baru saja tidur,” jawab Umar. Ia pun segera bangkit dari duduknya dan mengisi minyak lampu.  “Engkau sendiri melakukannya, wahai Amirul Mukminin?” tanya sang tamu heran. “Aku melakukannya atau tidak, tetap saja aku Umar. Tak ada yang berkurang dariku. Sebaik-baik orang adalah yang tawadhu di sisi Allah,” jawab Umar.  Penggalan kisah itu hanyalah salah satu episode dari kehidupan Umar bib Abdul Aziz. Selain dikenal adil, ia juga mengajarkan dan mempraktikkan sikap tawadhu. Seperti kisah di atas.  Bagi seorang Mukmin, sikap tawadhu menjadi modal merengkuh kesuksesan: dunia dan akhirat. Al-Qur’an banyak merekam nasib sosok-sosok sombong yang akhir hayatnya terjerumus pada kehinaan. Iblis adalah contoh konkret dari sosok yang memiliki sifat takabbur. Dengan sombongnya ia mengaku di hadapan Allah bahwa dia lebih baik dari Adam. Ia mengatakan bahwa api lebih baik daripada tanah. Dengah demikian, ia menganggap dirinya lebih mulia, dan akhirnya merendahkan orang lain. Sikap iblis inilah yang mengundang murka Allah dan akhirnya mengenyahkannya dari surga. Dalam sejarah manusia, Fir’aun adalah sosok yang sangat sombong. Ia pernah memerintahkan teknokrat pribadinya, Haman, untuk membuat bangunan tinggi agar sampai ke pintu-pintu langit dan dapat melihat Tuhan Musa. Allah berfirman, “Dan berkatalah Fir’aun, ‘Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta,” (QS al-Mukmin: 36-37). Tawadhu’ berarti menghargai orang lain. Sikap menghargai orang lain merupakan sifat terpuji. Kita menganggap bahwa orang lain lebih baik, lebih benar dan lebih mulia. Tentu, penghargaan dan pengagungan yang proporsional. Bukan taklid buta. Rasulullah saw adalah orang yang sangat menghargai prestasi dan pendapat para sahabat dan pengikutnya. Menjelang Perang Badar, ia mengalahkan pendapatnya dan menerima ide Hubbab bin Mundzir untuk menentukan strategi perang. Pada Perang Uhud, ia menerima pendapat para sahabatnya yang ingin menyongsong lawan di medan perang, berlawanan dengan pendapatnya sendiri yang ingin menanti musuh di dalam kota. Usul Salman al-Farisi untuk menggali parit dalam Perang Khandaq, diterima dengan baik oleh Rasulullah saw. Dengan rendah hati Nabi saw menerima pendapat para sahabatnya. Abdurahman bin Auf, seorang sahabat Rasulullah saw yang kaya sehingga para sejarawan menjulukinya dengan Si Tangan Emas, tak pernah membedakan dirinya dengan budak. Ketika ia sedang berada di tengah para sahayanya, orang-orang sulit membedakan, mana Abdurahman dan mana budaknya. Sungguh, Allah sangat suka terhadap orang yang merendah di hadapan-Nya, sehingga diangkatlah derajat kemuliaannya ke tingkat yang sangat tinggi di hadapan semua makhluk. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk,” (QS al-Bayyinah: 7). Sebaliknya betapa Allah sangat murka terhadap orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS an-Nisa: 36). Surga pun mengharamkan dirinya untuk dimasuki oleh orang-orang yang di qalbunya terdapat kesombongan walau hanya sebesar debu. Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun seberat biji sawi,” (HR Muslim). Rahasia hidup sukses atau hina, tidak terlepas dari seberapa mampu seseorang menempatkan dirinya sendiri di hadapan Allah SWT. Tawadhu, inilah kunci bagi siapa saja yang ingin memiliki pribadi unggul. Seseorang akan lebih cepat berhasil jika ia mempunyai sifat tawadhu. Kunci terpenting untuk sukses adalah kesanggupan menyerap ilmu dan kemampuan mendengar serta menimba ilmu dari orang lain. Hal ini akan membuat kita semakin cepat melesat dibandingkan dengan orang-orang sombong, merasa pandai sendiri, mengganggap cukup dengan ilmu yang dimilikinya. Biasanya, orang seperti ini akan merasa dirinya tak lagi membutuhkan pendapat, pandangan, dan visi orang lain. Kita, makhluk serba terbatas. Bahkan, hanya untuk melihat kotoran di mata atau hidung sendiri, kita tak mampu. Kita membutuhkan cermin dan alat bantu agar bisa menguji semua yang kita miliki atau melengkapi yang belum kita miliki. Kita harus menjadi orang yang “tamak” terhadap ilmu, serakah terhadap pengalaman dan wawasan. Setiap bertemu dengan orang lain, lihatlah kelebihannya, simaklah kemampuannya, ambillah ilmunya. Hal ini takkan menjadikan orang tersebut bangkrut dan tidak memiliki kelebihan lagi. Sebaliknya, kemampuan orang yang kita mintai ilmunya akan semakin berkembang. Sikap tawadhu sangat erat kaitannya dengan sifat ikhlas. Rangkuman keikhlasan seorang hamba ada pada ketawadhuan. Orang yang tawadhu, menanamkan keikhlasan dan bersarang di hatinya. Karena, ketawadhu’an lebih berfungsi horisontal. Tawadhu’ banyak berhubungan dengan manusia secara sosial. Sedangkan ikhlas, lebih bersifat vertikal, langsung pada Allah. Seseorang belum dikatakan tawadhu kecuali jika telah melenyapkan kesombongan yang ada dalam dirinya. Semakin kecil sifat kesombongan dalam diri seseorang, semakin sempurnalah ketawadhuannya. Allah berfirman, “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat-Ku, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya,” (QS al-A’raaf: 146). Tawadhu adalah salah satu akhlak mulia yang menggambarkan keagungan jiwa, kebersihan hati dan ketinggian derajat pemiliknya. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang bersikap tawadhu karena mencari ridha Allah maka Allah akan meninggikan derajatnya. Ia menganggap dirinya tiada berharga, namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Barangsiapa yang menyombongkan diri maka Allah akan menghinakannya. Ia menganggap dirinya terhormat, padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina, bahkan lebih hina daripada anjing dan babi,” (HR al-Baihaqi). Ironisnya, kini kesombongan menjadi “pakaian” yang dikenakan banyak orang. Suka membanggakan diri, merasa tinggi melebihi orang di sekitarnya, merasa orang lain membutuhkannya, suka memamerkan apa yang dimilikinya, dan tidak mau menyapa lebih dahulu menjadi fenomena yang mudah dilihat di mana-mana.

Baca selanjutnya ..

Selasa, 21 Februari 2012

MENGURANGI PERBEDAAN

SEGALA puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang hak kecuali Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan RasulNya –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam. Amma ba'du;  Rasulullah –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam telah memberitahukan kepada kita bahwa sepeninggal Beliau akan terjadi perbedaan dan bahkan perpecahan yang sangat banyak… Apalagi zaman sekarang, lebih banyak lagi fitnah yang timbul. Bahkan sesama teman, sahabat, sesama penuntut ilmu syar'I, sesama da'I, sesama ulama, sSesama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang rujukannya adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafush Sholeh.. Latar belakang perbedaan dan perpecahan serta fitnah itu macam-macam. Bisa jadi karena pemahaman tentang Islam yang sepotong-sepotong dan tidak seutuhnya. Karena kejahilan. Karena kurang ilmu. Karena hawa nafsu. Karena faktor duniawi. Karena beda pendapatan (beda 'pendapatan', dengan 'an'). Bisa juga karena hasad, iri dan dengki. Karena niat jelek, hati rusak, fanatik kepada seseorang atau karena merasa benar sendiri dan dada yang sempit serta jiwa yang kerdil. Dan masih banyak faktor-faktor lainnya…. Celakanya,ketika orang-orang pintar tersebut sudah mulai memaksakan kehendaknya dengan mengkafir kan yang lain,jadi teringat dengan syair yang di sampaikan oleh ulama besar K.H.Abdurrahman Wahid,Akeh kang apal,Qur'an haditse,seneng ngafirke marang liyane,kafir-re dewe gak di gate'ke,yen ise kotor ati akale,....... Dalam menyikapi seseorang –siapapun orang tersebut- hendaklah kita menimbangnya dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jangan terbalik, menimbang Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan ucapan manusia…   Imam Malik –Rahimahullah mengatakan: “Semua manusia bisa diambil pendapatnya dan bisa pula ditolak kecuali Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam” Saudara-saudaraku yang saya cintai karena Allah, mari kita sibukkan diri kita dengan hal-hal yang bermanfaat, membaca Al-Qur’an, Al-Hadits, mempelajari, menghafalkan dan mengamalkan…Kita tiru kehidupan beragama para Sahabat Nabi –Radhiallahu ‘Anhum dan Salafush Sholeh -Rahimahumullah…Bangun pada malam hari, shalat, berdoa dan bermunajat kepadaNya…Memohon petunjukNya…Menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain…Janganlah kita sibukkan diri kita dengan hal-hal yang tidak bermanfaat yang akan menjadikan penyesalan kita dalam kehidupan dunia dan akhirat…SELAMAT BERKARYA! Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia dan segala puji hanya bagi Allah.* Semoga Bermanfaat dan Mencerahkan.

Baca selanjutnya ..

Minggu, 19 Februari 2012

MENELADANI ROSULALLAH

Alkisah, Rosulallah pernah didatangi oleh pemuda yang mengutarakan keinginannya untuk masuk Islam. Tetapi, disela-sela keinginannya itu, sang pemuda meminta izin kepada Rosulullah untuk berzina. Sampai disini, coba perhatikan sejenak. Rosulullah, seorang utusan Allah, manusia yang PALING MULIA, manusia yang menjadi penyampai kebenaran langsung dari Allah, yang memiliki tanggung jawab atas penyempurnaan akhlak ummatnya, diminta agar memberikan izin atas salah seorang pemuda untuk berzina? Harusnya, secara manusiawi, fitrahnya, Rosulullah marah karena merasa terhina. Tapi sungguh, demi Allah, Rosullullah tidak marah! Bahkan dengan sangat bijak, Rosul mengajak pemuda tersebut untuk dialog. Rosulullah, yang istilahnya paling shalih dan paling berilmu, tidak pernah merendahkan seorang pun -seperti kepada pemuda tadi- walau sudah jelas seseorang itu telah salah. Tentu kita juga ingat kisah tentang Rosul yang bahkan selalu menyuapi seorang pengemis yahudi tua lagi buta yang selalu menghinanya. Bahkan kelembutan Abu Bakar yang menggantikan tugasnya tersebut -menyuapi-, tetap mampu membuat si pengemis (dalam keadaan buta) sadar, dan kesal sampai bertanya, “kamu siapa? kamu bukan orang yang biasanya?”. Perhatian bagaimana lemah lembut dan penuh kasih sayangnya Rosul pada ummatnya -walau mereka belum berislam. sulit tersaingi, apalagi tergantikan. Kembali ke kisah Rasul dan pemuda yang meminta izin untuk berzina tadi, akhirnya terjadilah dialog yang luar biasa, yang menunjukkan kasih sayang rasul, yang menunjukkan kecerdasan Rasulullah dalam mengemas nasehat dan mempengaruhi lawan bicaranya. “Wahai anak muda, mendekatlah!” ujar Rosulullah. Pemuda itu kemudian mendekat. “Duduklah”, lanjut Rasul. Kemudian Rosul bertanya pada pemuda tadi, “Sukakah kalau itu terjadi pada ibumu?”. Pemuda tadi menjawab, “tidak, Ya Rossul “Demikian pula manusia seluruhnya tidak suka zina itu terjadi pada ibu-ibu mereka”, kata Rosul. Lalu beliau bertanya lagi, “sukakah jika itu terjadi pada anak perempuanmu?”. Pemuda itu menjawab seperti jawaban pertama. Demikian pula selanjutnya, beliau bertanya jika itu terjadi pada saudara perempuan dan bibinya. Jawaban pemuda tadi tetap sama. Rosulullah kemudian meletakkan tangannya yang mulia pada bahu pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah, sucikanlah hati pemuda ini. Ampunkanlah dosanya dan peliharalah ia dari melakukan zina” Sejak peristiwa itu, tidak ada perbuatan yang paling pemuda itu benci selain zina (HR Ahmad dan Al Baihaqi). Sungguh luar biasa! Lihatlah bagaimana beliau tetap menghormati dan menghargai si pemuda, walau permintaannya tidak etis. Beliau mampu merasakan apa yang ada di dalam hati si pemuda, sehingga tidak terucap kata-kata menyalahkan. Pesan yang disampaikannya pun begitu mudah dimengerti, jelas dan penuh dengan keterbukaan (tidak menutup dialog sepihak). Dan terakhir, beliau menjalin komunikasi dalam rangka akhlak yang mulia, rendah hati, lemah lembut, rela memaafkan, mau mendengarkan dan penuh pengendalian diri. Beliau sama sekali tidak langsung menjudge bahwa pemuda tadi salah, bahkan tidak pula beliau memaparkan dalil haramnya zina dan akibar-akibat buruknya. Beliau “cukup” menyentuh hati dan pikiran si pemuda hingga keinginannya berubah 180 derajat. Lihatlah, bagaimana rosul mencurahkan kasih sayangnya yang luar biasa pada sesama. Ukhuwah yang ditunjukkan lewat kelembutan hatinya, walau pada saudaranya yang jelas keliru, dan yang belum berislam. Allahumma Shali’ala muhammad, wa’ala ali wassalim Sampaikan salam cinta jiwa yang paling dalam dariku untuk Rosulullah, Ya Rabb.. *** Bagaimana dengan kita? Apakah kita pun memperlakukan saudara kita yang salah, keliru, belum paham, tidak tahu, atau khilaf, seperti yang Rasulullah lakukan pada saudara-sardaranya? Apakah kita senantiasa merendahkan hati saat menyampaikan pada saudara kita yang keliru, walau sebenarnya jelas kita lebih tahu tentang suatu fiqih atau hukum atas suatu perkara? Apakah kita senantiasa membuka dialog dengan saudara-saudara kita yang sebenarnya memang butuh untuk dinasehati, walau apa yang mereka lakukan (sikap) sangat kita benci? Apakah kita senantiasa mengeluarkan kata-kata yang tidak merendahkan, walaupun saat itu sebenarnya kita sedang memberikan masukan atau kritikan kebenaran atas kesalahan yang dilakukan saudara kita? Apakah kita senantiasa senantiasa berempati pada sesama? Dan, apakah kita senantiasa bertekad untuk menjadikan Rosulullah sebagai suri tauladan kita? Hamba mohon ampun, Rabb.. Jika suatu hari kemarin, hamba pernah ‘mencuri’ kesombongan kedalam diri hanba.. Mudahkan, Rabb, bagiku, istriku, anak-anakku untuk meneladani Rosulullah Amiin..

Baca selanjutnya ..

TUNAIKAN HAK HAK TETANGGA

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berbicara yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. “ (Shahih Muslim No.67) Tetangga, saudara yang begitu dekat dan berada di sekitar kita. Di kiri, kanan, depan maupun belakang. Terletak jauh maupun dekat. Kenal maupun tidak. Mereka tetaplah tetangga yang berada di lingkungan dimana kita bermukim. Mereka yang hidupnya berdampingan dengan kita. Mereka yang selalu berbagi dan dapat memahami. Jarak tetangga yang begitu dekat, mengajarkan kita untuk mengenal mereka. Pentingnya komunikasi dan interaksi disini. Mengenal kehidupan mereka, tanpa mencampuri kehidupan pribadinya. Memperlakukan sebagaimana mestinya, dengan adab serta hak mereka yang menjadi pedoman yang wajib dipelajari dan dipenuhi. Saling sapa, senyum dan berjabat tangan. Menanyakan kabar serta bagaimana hari-harinya saat ini adalah beberapa cara dalam memenuhi hak-hak mereka. Lebih lanjut, hubungan bertetangga dapat berupa saling silaturahmi, memberi barang ataupun bantuan, seperti makanan, hadiah dan lain sebagainya. Tentunya, semua semampu dan sebisa kita. Tidak ada paksaan ataupun keharusan, semuanya bersumber dari kesadaran diri. Banyak manfaat dari kepeduliaan dan perhatian kita pada para tetangga. Misalnya, ketika dalam kesusahan, ada sosok yang akan mengetahui terlebih dahulu (selain keluarga) bagaimana kondisi dan kebutuhan kita, bahkan terkadang mereka dapat membantu. Ketika dalam kebahagiaan, kita dapat berbagi dengan saling memberi hingga suatu saat kita akan mendapatkan hal yang sama. Intinya, tetangga dapat menjadi saudara dikala sedih dan senang kita, walaupun tidak ada ikatan darah namun semuanya dapat terjalin dengan begitu eratnya. Sayang, sepertinya hakikat bertetangga ini sudah mulai hilang bahkan terlupakan. Di zaman yang sudah meninggalkan arti kebersamaan dan didominasi arti individualistis. Semua sibuk memikirkan hak hak nya saja tanpa memenuhi berpikir tentang kewajiban masing-masing. Terlebih bagi kita yang memiliki pekerjaan dan rutinitas yang begitu sibuk dan padat, hingga tidak cukup waktu untuk sekedar saling sapa terhadap para tetangga. Jangankan untuk tetangga, menyapa dan memperhatikan diri serta keluarga sendiri, sungguh begitu susahnya. Tetangga, menjadi begitu terlupakan dan hak-haknya terabaikan. Apa yang telah kita berikan pada para tetangga kita sebagai timbal baliknya? Pernahkah kita mengucapkan terima kasih atas segala kepedulian mereka selama ini? Bagaimana sikap dan tindakan kita terhadap mereka? Begitu banyak keterlupaan dan keteledoran bahkan keacuhan. Hingga terkadang kita dianggap tak ramah, tak sopan, tak tahu terima kasih terhadap tetangga-tetangga lainnya. Bahkan, terkadang secara tidak langsung kita telah menyakiti bahkan menyinggung perasaan serta mengusik kehidupan mereka. Semuanya, terjadi atas segala tindakan dan perlakuan kita yang selama ini tidak pernah atau mau disadari. Begitu mendzolimi dan menyakiti. Bukankah Allah telah menuliskan dalam FirmanNya berupa QS. An Nisaa ayat 36 bahwa: “... berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh......”? Indahnya bertetangga sangatlah berbahagia, terutama jika kita benar-benar mengalaminya. Disaat zaman dan situasi seperti ini, baik suka maupun duka, mereka dapat menjadi sosok yang membantu dan peduli akan keberadaan kita. Mereka siap sedia kapanpun kita mau dan minta bantu. Tentunya, dengan sebuah syarat yang sewajibnya kita taati, dengan memahami dan memenuhi hak-haknya tetangga yang sebenarnya.

Baca selanjutnya ..

Selasa, 14 Februari 2012

JANGAN TUNGGU NIKMAT ITU HILANG

Sebagian dari kita seringkali merasa 'harus' bersyukur ketika nikmat telah diambil. Ketika Sakit menyadari Sehat. Ketika Sibuk menyadari nikmat senggang. Ketika Miskin menyadari nikmat berpunya. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.'' (QS Ibrahim [14]: 7). Sesungguhnya, nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita sangat banyak jumlahnya dan tak terhingga. Semua yang diberikan itu, sekiranya  suatu saat Allah menagihnya, kita tidak akan sanggup untuk membayarnya. Sebab, nikmat itu diberikannya setiap saat dan tak pernah berhenti, mulai dari bangun tidur hingga kita tertidur lagi. Alangkah pengasih dan penyayangnya Allah kepada kita, umat manusia. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk bersyukur kepada manusia. Karena, syukur kepada manusia merupakan salah satu bentuk tanda syukur kepada Allah SWT. ''Siapa yang tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, berarti ia belum bersyukur kepada Allah.'' Abu Isa berkata, ''Ini adalah hadis hasan sahih.'' (HR Tirmidzi No 1877). PENTINGNYA BERSYUKUR   Seorang sahabat bernama Atha, suatu hari menemui Aisyah RA. Lalu ia bertanya, "Beritahukanlah kepadaku sesuatu yang menakjubkan dari  Rasulullah SAW?" Mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba Aisyah menangis. Lalu Aisyah berkata, "Bagaimana tak menakjubkan, pada suatu malam beliau mendatangiku, lalu pergi bersamaku ke tempat tidur dan berselimut hingga kulitku menempel dengan kulitnya." Kemudian Rasulullah berkata, "Wahai putri Abu Bakar, biarkanlah aku beribadah kepada Tuhanmu." Aisyah menjawab, "Saya senang berdekatan dengan Anda. Akan tetapi, saya tidak akan menghalangi keinginan Anda." Rasulullah lalu mengambil tempat air dan berwudhu, tanpa menuangkan banyak air. Nabi SAW pun shalat, lalu menangis hingga air matanya bercucuran membasahi dadanya.  "Beliau  ruku, lalu menangis. Beliau sujud lalu menangis. Beliau berdiri lagi lalu menangis. Begitu seterusnya hingga sahabat bernama Bilal datang dan aku mempersilakannya masuk," papar Aisyah. "Ya Rasullulah, apa yang membuat Anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang lalu maupun yang akan datang," tanya Aisyah. "Tak bolehkah aku menghendaki agar menjadi seorang hamba yang bersyukur?" ungkap Nabi SAW. Kisah yang tercantum dalam kitab Mukasyafah al-Qulub: al-Muqarrib ila Hadhrah allam al-Ghuyub Fi'ilm at-Ashawwuf  karya Imam Ghazali itu mengandung pesan bahwa umat manusia harus selalu mensyukuri setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT.  Pentingnya bersyukur telah dijelaskan dalam surah Ibrahim ayat 17. Allah SWT berfirman, ".... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." Akhir-akhir ini, bangsa kita didera bencana yang beruntun, mulai dari bencana alam hingga bencana kerusuhan horisontal yang merenggut begitu banyak korban jiwa. Sepanjang tahun, bencana dan kecelakaan datang silih berganti. Boleh jadi, semua itu merupakan ujian dari Allah untuk menguji keimanan kita. Bisa pula, bencana itu merupakan peringatan atau bahkan siksaan (azab) dari Allah karena kita tak bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya. CARA BERSYUKUR Ada beberapa cara mensyukuri nikmat Allah swt. Pertama, syukur dengan hati. Ini dilakukan dengan mengakui sepenuh hati apa pun nikmat yang diperoleh bukan hanya karena kepintaran, keahlian, dan kerja keras kita, tetapi karena anugerah dan pemberian Alloh Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini membuat seseorang tidak merasa keberatan betapa pun kecil dan sedikit nikmat Alloh yang diperolehnya. Kedua, syukur dengan lisan. Yaitu, mengakui dengan ucapan bahwa semua nikmat berasal dari Alloh swt. Pengakuan ini diikuti dengan memuji Alloh melalui ucapan alhamdulillah. Ucapan ini merupakan pengakuan bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah. Ketiga, syukur dengan perbuatan. Hal ini dengan menggunakan nikmat Alloh pada jalan dan perbuatan yang diridhoi-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat , menta'ati aturan Alloh dalam segala aspek kehidupan Keempat, syukur dengan mengajak dan berdakwah. Ketika kita merasa pentingnya beryukur, kita akan mengajak dan mengingatkan orang lain untuk bersyukur. Mempererat Ukhuwah dengan saling nasehat-menasehati dan tolong-menolong dengan sesama secara IKHLAS. Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim. Sikap ini mengingatkan untuk berterima kasih kepada pemberi nikmat (Alloh) dan perantara nikmat yang diperolehnya (manusia). Dengan syukur, ia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan tetap meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik. Di zaman sekarang ini, betapa banyak orang merefleksikan rasa bersyukur, namun dengan cara-cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syukur itu sendiri. Untuk itu, para ulama telah menggariskan tata cara bersyukur yang benar, yakni dengan cara beribadah dan memupuk ketaatan kepada Allah swt dan meninggalkan maksiat. Jangan sampai menunggu nikmat tersebut diambil kembali Allah, baru kita menyadari pentingnya bersyukur kepada Allah SWT. Wallahu a'lam.  

Baca selanjutnya ..

Senin, 13 Februari 2012

BELAJAR DARI SAKIT

Percaya atau tidak, cobaan sakit kita sendiri yang harus memilih. Sama seperti bagian dari kehidupan kita yang lain, yang selalu menuntut kita untuk memilih. Suka atau tidak. Awal bulan februari kali ini, menggoreskan kenangan pilu di hatiku. Betapa tidak, mertua ku sudah keluar dari rumah sakit, dan seminggu ini menjalani perawatan di rumah,tetapi perkembangan kesehatan nya semakin memprihatinkan,tak kuasa air mata ini menitik karena kesedihan yang mendalam. Aku buka nya takut di tinggalkan oleh beliau tapi aku lebih takut banyak nya dosa yang ada di pundaknya sehingga menjadikan kita kesulitan untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT, Astaghfirullah Aku pun merenungi kejadian ini. Mencoba mengambil hikmah dari keadaan ini dan banyak bertukar pikiran dengan istriku tercinta. Keinginan istriku adalah sama dengan keinginanku, keinginan kita semua yang berharap meninggal syahid lagi khusnul khotimah. Tapi mungkin, dari doa yang kita panjatkan itu kita lupa untuk mengatakan sesuatu, lupa memohon agar kelak saat kita meninggal kita bisa berada dalam dekapan orang-orang tercinta, dalam tempat yang mulia dan baik, dan lain sebagainya. Astaghfirulloh. Dari cobaan sakitlah kita belajar bersyukur, bersyukur atas nikmat yang diberikan sebelum seluruh kenikmatan itu dicabut dari diri kita, dari keadaan sakit kita jadi terus berjuang untuk sehat dan berlomba mengumpulkan amal-amal sholih serta menabung kebaikan guna bekal di akhirat nanti, dari keadaan sakit kita juga belajar memahami bahwa semua yang hidup pasti akan mati dan semua yang kita sayangi dan cintai hanyalah fana semata. Hanya Allah yang kekal, tempat kita bersandar dan tujuan kita semua Terurai kembali air mataku tatkala mengingat kenangan bersamanya. Tapi kuasa Ilahi tak pernah bisa ditandingi. Hanya mampu sekuat tenaga untuk berdoa, berharap Allah akan merangkulnya dengan penuh kasih dan memberikan kesembuhan , serta berdoa dengan penuh keikhlasan, dan bercita-cita semoga Allah kelak memanggil kita dan orang-orang yang kita sayangi dalam keadaan khusnul khotimah. Amin. Wallahu ‘alam bishowab.

Baca selanjutnya ..

Rabu, 08 Februari 2012

Kegiatan Mar'atus dgn Siswa SLB

Persiapan Berangkat Ke WBL dgn Siswa SLB Tunas Mulia
Siswa SLB sudah nyampe di WBL
Ibu-Ibu Mar'atus Sholihah Mejeng sebentar di Gate in WBL
Ini melepas lelah sambil mejeng bentar ah....
Yang ini lebih ceria dari Siswa SLB nya ya.....Nyenengin hrs lebih seneng yaa...

Baca selanjutnya ..

Memory dari Masjid Turen

Wajah capek tapi tetap ceriaa..
Wajah wajah ceria setelah dapat Door prize,Senyum Pepsodent yaaa
Ini dapat Door prize tapi tetep cool yaa..
Ini kwartet nggak dapat Door prize tapi tetap Ceriaaaa
Pose perpisahan dengan Masijd Turen nya,berharap bisa datang lagi yaaa

Baca selanjutnya ..

Kegiatan Bersama Ke Masjid Turen

Persiapan berangkat ke Masjid Turen,Malang / Mejeng sebentar yaa
Biar kaya' ABG,Narsis dikit Aah...Posisi udah meluncur ke TKP
Baru nyampe di TKP,Mejeng lagi / nggak kalah sama ABG khan?.....
Udah di gerbang TKP,mejeng lagi aah....
Posisi udah di Lokasi dalam,seneng ya hati ini.....

Baca selanjutnya ..

Selasa, 07 Februari 2012

Janganlah Menjadi DEBU

Sesungguhnya kemuliaan diri tidak terletak pada kesombongan dan tidaklah sama dengan kehinaan. Kemuliaan adalah cahaya dan terletak di kutub yang lain, sedangkan kehinaan adalah kegelapan dan terletak di kutub yang lainnya lagi. Menghindari kesombongan bukan berarti rendah diri. Karena rendah diri kepada sesama manusia adalah kehinaan. Menghindari kesombongan adalah rendah hati, beribadah hanya karena-Nya dan mau menerima kebenaran dari mana pun datangnya. Tidak ada orang yang menghindari kesombongan kemudian menjadi hina. Sekalipun orang itu tidak dikenal di masanya, tetapi karena akhlaknya yang mulia dan beramal dengan ikhlas, Allah mematri namanya di hati dan pikiran generasi selanjutnya. Tidak terasa ratusan tahun kemudian namanya banyak disebut orang, nasihat-nasihatnya didengar dan diamalkan, akhlaknya menjadi contoh teladan. Inilah makna firman Allah, “Dan kesudahan yang baik bagi orang-orang bertakwa.” (QS al-Qashash [28]: 83). Abu Dzar Ra. berkata, “Ada orang yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang memujinya?” Beliau menjawab, “Itu merupakan kabar gembira bagi orang mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia.” (HR. Muslim). “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim [14]: 24-25). “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim [14]: 26-27). Seberapa kayanya Anda, kelak ketika mati harta itu tidak akan dibawa ke alam kubur. Seberapa pintarnya Anda, sangat mudah bagi Allah memberi satu penyakit yang menjadikan seluruh ilmu yang Anda miliki hilang. Sekuat apa pun Anda, sesungguhnya Anda tidak lebih kuat dari rumput yang sering diinjak-injak orang. Jadilah batu mulia, jangan jadi debu. Batu mulia mahal harganya dan sangat indah bila dipandang mata. Sedangkan debu, menempel di baju, menjadi kotor. Di mana pun ia menempel, sesuatu itu menjadi kotor. Batu mulia tersembunyi di dalam tanah, sangat sulit mencarinya. Kalaupun bisa, ia diambil dengan menggunakan alat khusus. Jika sudah diketahui ada di suatu tempat, beramai-ramai orang ke sana mencarinya. Sedangkan debu, terlihat di depan mata, bahkan bisa membuat mata sakit, bisa membuat orang alergi. Orang-orang berusaha sebisa mungkin menghindari debu. Amal yang dilakukan bukan karena Allah – di dalam al-Quran – diibaratkan “batu licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak berdebu)”. (QS. al-Baqarah [2]: 264). Begitulah amal orang-orang yang sombong, tidak mendapatkan apa-apa selain hanya gerakan-gerakan yang melelahkan.

Baca selanjutnya ..

YAA ROSSULALLAH

Rasanya tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak marah jika orang yang dicintainya di hina atau diolok-olok oleh orang lain. Bahkan kalau mampu, ia akan membalas. Jadi, saya pikir benar juga reaksi umat Islam di seluruh dunia dalam kasus karikatur yang diakui oleh pembuat dan penerbitnya sebagai sosok Nabi Muhammad saw. Betapa tidak, beliau adalah sosok yang (wajib) diagungkan dan dicintai lebih dari makhluk-Nya yang lain oleh setiap diri yang mengaku muslim. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, ”Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, kalian tidaklah beriman, hingga kalian mencintai aku lebih dari orang tua dan anak kalian” (HR Imam Bukhari). Sahabat Umar ra juga pernah ditanya oleh Rasulullah saw: "Apakah kamu cinta kepada Rasulullah wahai Umar?" Beliau menjawab: "Betul wahai Rasulullah saw, tapi tidak melebihi kecintaan saya kepada diri saya sendiri." Rasulullah berkata: "Tidak, wahai Umar. Kalau kamu cinta kepada Rasulullah, kecintaan itu harus melebihi dari kecintaan kamu kepada diri kamu sendiri." Sejenak Umar diam, lalu berkata: "Saya mencintai engkau wahai Rasulullah lebih dari kecintaan saya pada diri saya sendiri." Rasulullah kemudian berkata: "Itulah makna kecintaan kepada Rasulullah wahai Umar" (Hadits). Kita perlu mengenal lebih jauh adab (kewajiban) apa saja bagi seorang muslim sebagai wujud rasa cinta yang mendalam kepada beliau. Mengapa? Supaya kita termasuk golongan yang benar-benar mengikuti beliau. Beliau bersabda “Kaum Yahudi akan terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, sedangkan umatku ini akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang satu itu wahai Rasulullah?” Beliau berkata “Yaitu yang berada di atas sebagaimana yang aku dan sahabatku lalui hari ini.” (HR Imam Bukhari, Imam Muslim). . Allah SWT berfirman,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS. Al-Ahzab 21). *** Kita wajib mengimani apa-apa yang beliau kabarkan, baik tentang agama, urusan dunia, maupun perkara ghaib di dunia dan di akhirat. Misalnya, kita wajib percaya dan taat bahwa beliau telah menjalankan Isra’ dan Mi’raj dan membawa perintah shalat fardlu lima waktu. Kita juga percaya dan taat bahwa beliau pernah bercakap-cakap dengan bangsa jin. Beliau memerintahkan agar manusia tidak tersesat hingga minta bantuan jin karena termasuk perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Bahkan, kita juga wajib percaya dan taat bahwa Al-Qur’an itu bukan hasil karangan beliau tapi wahyu dari Allah SWT baik secara langsung dan melalui malaikat Jibril. Maukah Anda turut didoakan oleh malaikat? Maka muliakan dan agungkan nama beliau dengan mengucapkan shalawat (doa agar kesejahteraan dilimpahkan pada beliau) dan salam (doa agar beliau terhindar dari bahaya dan fitnah). Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bershalawat kepadaku, maka malaikat juga mendoakan keselamatan yang sama baginya, untuk itu hendaknya dilakukan, meski sedikit atau banyak” (HR Imam Ibnu Majah dan Imam Thabrani). Oleh sebab itu, setiap doa akan lebih mungkin dikabulkan jika sebelumnya didahului membaca Bismillah, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah saw. Gelar Shalallaahu ‘alaihi wasallam di samping sebagai shalawat dan salam, juga untuk membedakan panggilan beliau dengan orang lain, sebagaimana firman-Nya: “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain)” (QS. An Nuur: 63) *** Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menapak jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayapnya karena ridha terhadap mereka yang menuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh makhluk Allah yang ada di langit dan yang ada di bumi, sampai ikan-ikan di dalam lautan juga memintakan ampunan buat mereka. Keutamaan orang yang berilmu dengan orang yang ahli ibadah adalah seumpama bulan pada saat purnama dibandingkan dengan bintang-bintang. Dan orang yang berilmu merupakan pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham kepada mereka, namun mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang besar.” (HR Imam Abu Daud). Namun jangan salah arti. Ini bukan ilmu sembarang ilmu, tetapi ilmu yang dapat menambah iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Ilmu yang akan membuat kita bahagia di dunia dan di akhirat. Tidak lain tidak bukan yaitu ilmu agama Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Allahumma sholli wa sallim ‘alaa sayyidina Muhammad... Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang yang mencintai, sekaligus dicintai oleh Rasulullah saw dan mengumpulkan kita kelak bersamanya, bukan bersama 72 golongan lain dari umat Islam yang tersesat itu. Amin. Wallahu a`lam bishshowab.

Baca selanjutnya ..

Minggu, 05 Februari 2012

SA'AT MALAIKAT LUPA BER TASBIH & BER TAHMID

Suatu hari Rasulullah Muhammad SAW sedang tawaf di Kakbah, baginda mendengar seseorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah SAW meniru zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu berhenti di satu sudut Kakbah dan menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah yang berada di belakangnya menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu berasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah di lihatnya. Orang itu berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ngejekku, karena aku ini orang badui? Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.” Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW. “Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya,” jawab orang Arab badui itu. Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?” “Ya,” jawab Nabi SAW. Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW. Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badui itu seraya berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi seorang yang takabur, yang minta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.” Ketika itulah turun Malaikat Jibril untuk membawa berita dari langit, lalu berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Katakan kepada orang Arab itu, agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata, “Demi keagungan serta kemuliaan Allah, jika Allah akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNya.” Orang Arab badui berkata lagi, “Jika Allah akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran magfirahNya. Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya pengampunanNya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa dermawanNya.” Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu sehingga air mata meleleh membasahi janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Berhentilah engkau daripada menangis, sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di syurga nanti.” Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar berita itu dan menangis karena tidak berdaya menahan rasa terharu.

Baca selanjutnya ..

Jumat, 03 Februari 2012

BACA'AN YANG TERLUPAKAN

Beberapa bulan yang lalu tepatnya ketika bulan Rhomadhon. Dari sekian puluh anak anak yang ikut Tadarus untuk membaca Al Qur an di Musholla Al Amin Griya Ctra Asri,Surabaya .banyak yang takut untuk memulai ber Tadarus, Usut punya usut ternyata dari sekian yang ikut masih sangat terbata dalam membaca Al Qur an. Alhasil saya menyimpulkan hanya beberapa anak yang bisa membaca dgn lancar walaupun tajwidnya masih belepotan. Miris sedih campur geram. Betapa tidak usia mereka yang rata-rata 6-15 tahunan masih saya katakana buta aksara Al Qur an? Sedih kemana saja mereka selama ini? Orang tua mereka? Tapi mau geram sama siapa? Padahal mereka saja begitu enjoy menikmati ketidakbisaannya. Seolah baca Al Qur an itu tidak keren dan sekedar membaca buku-buku ala kadarnya. Dan kenyataannya remaja lebih memilih menenteng hape atau bahkan blackberry yang harganya bisa jutaan. Padahal jika untuk membeli Al Quran, buku panduan membaca alqur an bs dapat puluhan buku. Bahkan jika dikalkulasi untuk membayar taman Pendidikan Al Quran dan sejenisnya bisa untuk 100 kali pembayaran @ Rp 25.000,00/bulan. Dan saya menjamin anak-anak sudah bisa membaca Al Quran atau minimal bisa 1 kali menghatamkan Al Qur an. Ilustrasi di atas bukan cerita rekaan dan itulah kenyataan saat ini, gambaran remaja tersebut merupakan gambaran ummat muslim pada umumnya. Sebagian besar muslim di Indonesia belum begitu sadar akan pentingnya membaca Al Quran. Padahal Al Qur an adalah pedoman hidup, sumber hukum Islam yang utama. Ketika kita makin menjauh dari Al Quran maka kualitas ummat juga semakin rapuh. Bagaimana tidak membaca saja belum bisa, di tambah lagi semangat belajar untuk membaguskan bacaan Al Qur an juga tidak ada.Dalam sejarah dikatakan bahwa wilayah nusantara yang terakhir dikuasai oleh Belanda adalah daerah Aceh. Daerah Aceh tercatat sampai 1912 masih merdeka dan berdaulat. Mengapa bisa terjadi? Ternyata di kerajaan Aceh sangat berpegang teguh Al Quran sebagai pedoman utama. Rakyat di sana sangat komitmen dan dekat dengan Al Quran. Hingga ketika Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh, perlahan daerah aceh bisa di taklukkan. Siasat Snock Hurgronje lebih kepada menjauhkan nilai-nilai islam dari masyarakat Aceh, terutama tentang komitmen dekat dengan Al Quran. Salah satu contoh wanita haid tidak boleh membaca dan menghafal Al Qur an, padahal seorang hafidhah diperbolehkan muroja’ah(mengulang bacaan) dalam rangka untuk menjaga hafalannya. Dalam beberapa pendapat dikatakan bahwa wanita haid tetap boleh memegang Al Qur an asal bukan mushaf asli, missal qur an terjemah, tafsir, dsb. Mungkin contoh diatas sedikit terlihat sepele, pelan tapi pasti, efek-efek tersebut dapat dirasakan. Snouck hurgronje, mendoktrin masyarakat aceh bahwa agama Islam hanya sebatas ritual, sehingga tidak menyeluruh. Dari para hafidhah yang haid tadi secara perlahan dihilangkan hafalannya. Padahal Al Qur an sebagai pedoman hidup itu berlaku pada semua kondisi baik bagi wanita baik yang haid maupun yang tidak. Allah SWT berfirman: Alif-Lam-Mim. Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya; ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang yang (hendak) bertaqwa. [al-Baqarah 2:1-2] Setiap individu Muslim yang bertaqwa memerlukan al-Qur’an sebagai kitab yang memberi petunjuk kepada mereka. Petunjuk ini diperlukan pada setiap masa dan tempat, termasuk oleh para wanita ketika mereka didatangi haid. Tidak mungkin untuk dikatakan bahawa ketika haid mereka tidak memerlukan petunjuk dalam kehidupan sehari-harian mereka. Banyak hal yang menakjubkan dari kitab suci Al Quran. Kita sebagai seorang muslim harus banyak tahu ilmu tentang Al Qur an, agar kita lebih senang membacanya, merenungkan, dan bahkan menghafalkannya. Al Qur an dalam arti bahasa memang bacaan. Secara istilah barulah ia berarti firman Allah yang merupakan mukjizat dan diturunkan dalam hati Muhammad untuk di ajarkan kepada ummat muslimin yang kemudian diriwayatkan secara muttawattir kepada kita serta merupakan ibadah ketika kita membacanya. Untuk belajar Al Qur an kita harus talaqqi(belajar membaca Al Qur an secara langsung dibimbing oleh seorang guru Al Quran). Karena dengan talaqqi seseorang akan mendapatkan pengarahan yang benar setiap kali salah membaca. Bacaan Al Qur an bukanlah berdasarkan ijtihad, melainkan riwayat, sehingga harus melalui proses talaqqi kepada seorang guru dan tidak dapat dipelajari sendiri, sedangkan secara teori ilmu tajwid dapat dipelajari sendiri. Oleh karenanya ulama menetapkan bahwa hukum membaca Al Qur an dengan benar adalah Fardlu ‘Ain sedangkan mempelajari ilmu tajwid secara teori adaah fardlu kifayah. Ketika kita masih merasa berat menyentuh dan membaca Al Quran ini dikarenakan beberapa sebab. Sebab adalah masalah utama yang harus dicarikan solusi oleh kita semua kaum muslimin. Sebab-sebab itu diantaranya : 1. Perasaan menganggap sepele tentang keutamaan membaca Al Qur an 2. Lemah wawasan ber Al Qur an 3. Tidak memiliki waktu yang wajib/target khusus untuk berinteraksi dengan Al Quran 4. Lemahnya keinginan untuk bertilawah 5. Terbawa lingkungan yang jauh dari Al Qur an 6. Tidak tertarik dengan majelis yang menghidupkan Al Quran. Untuk menanggulangi sederetan masalah diperlukan solusi dan kiat-kiat khusus di antaranya : Lancarkan bacaan yaitu dengan belajar secara talaqqi, dan sering tilawah, meski masih terbata-bata (muroja’ah = membaca berulang hingga benar) karena dalam hadits dikatakan “Orang yang mahir dengan Al Qur an akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, dan orang yang terbata-bata serta merasa kesulitan, maka ia mendapatkan dua pahala(pahala membaca dan pahala semangat membaca)”(HR Muslim). Tingkatkan wawasan ber Al Qur an, dengan sering-sering menghadiri majelis-majelis ilmu yang menghidupkan Al Qur an. Jadikan waktu khusus (target harian) untuk tilawah, anggap hutang jika tidak memenuhi target dan bayarlah(qodo’), pada hari berikutnya. Berdoalah pada Allah agar dimudahkan dan diringankan untuk mempunyai waktu khusus membaca, merenungi bahkan menghafal Al Qur an Perbanyak amal sholeh karena amal sholeh merupakan energy baru untuk amal sholeh berikutnya. Banyak-banyak bergaul dengan orang-orang sholeh yang menghidupkan dan dekat dengan Al Quran. Sebagai khatimah tulisan ini saya sampaikan jika diawal saya begitu miris dengan sebagian remaja yang buta aksara Al Qur an, hati ini terasa sejuk, sekaligus bahagia dan iri pada anak2 belasan tahun bahkan masih di bawah sepuluh tahun yang menyetorkan hafalan surat Al Insan sore itu, meski kadang belum pas dan lupa panjang pendeknya. Karena hanya ada 2 macam iri yang diperbolehkan yaitu Pertama, seorang pemuda yang di beri ilmu, kemudian selalu membaca Al-Qur’an baik di waktu pagi maupun petang. Kedua, seorang pemuda yang dikaruniai rezeki oleh Allah, kemudian bersedekah karena Allah baik di waktu pagi maupun petang. Perumpamaan orang Mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah Utrujah, baunya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang Mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah Kurma, tidak wangi rasanya manis. dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti buah Raihanah, baunya enak dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah Handzalah, tidak beraroma dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang membaca Al Quran kemudian meningkat(kehidupan kami), dan janganlah engkau jadikan kami orang-orang yang membaca Al Qur an namun kami menderita.. Wallahu a’lam bishawwab.

Baca selanjutnya ..

STANDAR ISTIQOMAH

Di usia menapaki lebih dari empat puluh tahunan, di lingkungan saya sudah banyak yang menjalani rukun islam ke lima yaitu berangkat haji ke Baitullah Sementara saya? Masih belum seperti mereka. Sebagian dari anda mungkin memiliki perasaan seperti itu. Membandingkan diri dengan keadaan jama'ah di sekitar kita dan mencoba menganalisa diri ada di posisi mana. Tidak jarang, kita merasa posisi kita masih belum sejajar dengan mereka. Kita merasa, mereka sudah menjalani kehidupan dengan lebih mantap, lebih alim, atau lebih Istiqomah. Kalau sudah begitu, lantas diri sering merasa minder, kurang percaya diri, apalagi jika berhadapan dengan orang-orang yang kita anggap lebih itu. Seorang psikolog terkenal pernah menulis, jangan pernah membandingkan apa yang ada dalam diri orang lain dengan apa yang kita miliki. Karena biasanya, ini berakhir dengan perasaan buruk. Kalau kita merasa diri lebih baik, akan ada rasa sombong hinggap dalam diri. Sementara bila sebaliknya, kita lalu akan merasa gagal dan rendah diri. Benar. Saya merasakan lebih sering berada di posisi yang kedua. Membandingkan dengan teman seangkatan (atau lebih muda) dan melihat mereka sudah bergelar Abah atau pak Haji, maka terkadang hadir perasaan inferior, minder karena saya belum sampai di taraf itu. Alih-alih membuat saya termotivasi untuk lebih baik, saya lebih sering merasa gagal dan itu menyurutkan langkah untuk mengembangkan kemampuan lebih lanjut. Ada kalanya saat membandingkan keadaan diri dengan orang lain, saya menilai keadaan saya “lebih baik”. Akibatnya, saya merasa sudah cukup melakukan usaha. Bahkan mungkin berhenti memberikan upaya optimal karena merasa sudah ‘lebih baik’ dari orang lain. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan? Psikolog tadi mengatakan, ukur keberhasilan kita dengan upaya yang sudah dijalankan disertai kemampuan yang nyata ada pada kita. Maksudnya, ketimbang berpayah-payah membandingkan keadaan diri dengan orang lain, bandingkan saja keadaan diri kita saat ini dengan keadaan diri kita di masa lalu. Lihat dengan jujur ke dalam diri, apakah kita sudah berupaya sebaik-baiknya untuk menjadi se orang yang ahli ibadah? Apa sebenarnya arti Istiqomah bagi kita? Apa dengan sering nya kita menghadiri pengajian dan selalu sholat ber Jama'ah menjadikan kita sudah ber iman,belum tentu,.....tapi minimal lewat kebiasaan yang baik akan terbentuk pribadi yang baik ,Setiap orang sepertinya memiliki target yang ingin dicapainya masing-masing. Karena itu, tentu saja standar Ke Imanan setiap orang berbeda-beda. Adalah tidak adil bagi diri sendiri, jika kita membandingkan pencapaian kita dengan pencapaian orang lain yang memiliki standar berbeda. Jadi, tetapkan target yang ingin anda capai . Berikan upaya optimal untuk mencapainya. Kemudian Serahkan semua nya kepada Allah S.W.T. Jangan lupa, Rasulullah bersabda,Barangsiapa yang hari ini lebih baik dibandingkan yang terdahulu, maka dia termasuk orang yang sukses. Barangsiapa yang hari ini sama seperti yang terdahulu, maka dia termasuk orang yang tertipu. Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dibandingkan yang terdahulu, maka dia termasuk orang-orang yang merugi di hadapan Allah SWT. Mudah-mudahan, kita termasuk dalam golongan orang-orang yang memilii keadaan hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Wallahu’alam bishshowab.

Baca selanjutnya ..

Kamis, 02 Februari 2012

PENYAKIT TUA

Sudah memasuki minggu kedua atau tepatnya hari ke dua belas,aku dan istri harus bolak-balik dari Rumahku di Bringin ke rumah sakit BDH untuk menjaga mertua yang sakit dan sedang opname karena penyakit tua,kata orang-orang kalau tua identik dengan berbagai penyakit. Menjadi tua adalah kepastian, namun tampil awet muda adalah pilihan dan bisa diusahakan. Benarkah?..., begitulah tuntutan kehidupan yang makin modern ini, banyak orang-orang berlomba untuk bisa tampil awet muda, dari usaha yang ‘ecek-ecek’ alias abal-abal bin bau mistis sampai yang menggunakan teknologi supercanggih berharga jutaan. Yang perlu di garis bawahi dari proses penuaan itu sendiri sebenarnya adalah apa-apa yang terjadi di dalamnya. Sehingga ketika kita tahu awal mula terjadinya bisa mensiasati apa yang seharusnya kita lakukan. So tidak usah membabi buta berusaha menghentikannya, yang tentunya mengundang resiko tertentu yang justru membahayakan diri kita. Penuaan atau sering istilah kerennya Aging(makanya ada cream anti aging) adalah akumulasi semua perubahan yang terjadi dengan berlalunya waktu. Perubahan ini berkaitan dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit dan berakhir dengan kematian. Penuaan merupakan kemunduran mutu sel, karena sel yang seharusnya sudah pensiun tidak segera digantikan oleh sel baru yang lebih segar. Kapan penuaan dimulai? Di usia 40an proses penuaan mulai berawal. Keadaan ini di tandai dengan proporsi sel tua (kemudian mati) lebih banyak daripada sel muda(untuk tumbuh). Dengan semakin banyak sel menua dan mati maka tubuh tidak mampu lagi beradaptasi memenuhi kebutuhan proses fisiologis sehingga fungsi tubuh menurun. orang yang usianya sudah tua fungsi tubuhnya menurun. Pola dan urutan proses penuaan selalu sama tapi kecepatan menua melalui perubahan yang terjadi berbeda antar individu. Mengapa terjadi demikian? Karena ada faktor-faktor yang berpengaruh, langsung seperti lingkungan, pola makan, gaya hidup, dan gen. Teori ini menyatakan bahwa kapasitas fungsional dari sistem kekebalan menurun dengan bertambahnya umur. Dengan demikian berarti terjadi penurunan fungsi kelenjar timus dan kerusakan sel-sel stem. Sehingga dengan adanya peristiwa tersebut akan menyebabkan meningkatnya infeksi, penyakit-penyakit akibat atau berkaitan dengan kekebalan, dan bahkan kanker. Namun demikian fungsi kekebalan tubuh dapat dipertahankan dengan olahraga, konsumsi makanan sumber vitamin A, hindari asap rokok, asap pembakaran yang ain(motor, mobil, sampah, dll). Yang perlu digaris bawahi bahwa peran positif zat-zat gizi yang dikonsumsi ada dalam makanan sehari-hari (alami) bukan (zat terisolasi) suplemen. Demikian cerita singkat tentang proses penuaan, sesuatu yang pelan namun pasti terjadi. Sebagai manusia makhluk yang diberikan potensi lebih disbanding makhluk Allah yang lain seharusnya lebih bijak dalam menghadapi peristiwa ini. Potensi-potensi tersebut seperti ruh jazad, dan aqal harus diberi makanan yang seimbang sesuai kebutuhannya. Ruh butuh makan yaitu ibadah sholat, puasa, dzikir dan ibadah-ibadah lain kepada Allah. Jazad butuh makanan bergizi seimbang, halal dan baik. jazad juga butuh olahraga, istirahat dan aktivitas fisik lainnya. Serta aqal butuh ilmu pengetahuan agar tumbuh normal. Ketiganya harus proporsional dalam memberi makanan tidak ada yang boleh berlebihan di salah satu sisinya. Sehingga ketiga unsur potensi tersebut dapat tumbuh sehat dan mendatangkan manfaat serta barokah. Cepat atau lambat tubuh ini pasti rusak ,namun akan lebih baik jika rusaknya tubuh kita, waktu-waktu yang kita lalui untuk beribadah, mengabdi sebagai khalifah di dunia, dan aktivitas-aktivitas kebaikan lainnya. Hidup didunia ada awal dan ada akhir, hidup bukan sekedar pemenuhan kesenangan belaka, tapi bagaimana kualitas berbagi saat suka dan duka. Disitulah akan kita tahu makna arti hidup ini, layakkah kita tinggal atau meninggalkannya… “Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (Al ‘Ashr 1-3)

Baca selanjutnya ..