on line

Kamis, 26 Januari 2012

ORANG-ORANG TERPILIH

Siapakah penghuni surga itu?" "Mereka adalah yang berjalan memenuhi panggilan adzan untuk rukuk dan sujud kepada Tuhannya. Mereka mengabaikan aktivitasnya meskipun aktivitas tersebut dapat memberikan dunia yang berlimpah." Semangat untuk menjadi muslim yang kaffah harus tetap di pelihara. Rambut putih yang tumbuh di kepala tidak menghalangi kita untuk bersujud di barisan pertama disetiap waktu adzan dikumandangkan. "Shalat berjamaah warisan nabi dan sahabat. Di dalamnya penuh dengan ruh dan kekuatan umat islam. " Saya mendengarkan khutbah Jum'at dengan seksama. Suaranya yang tenang dan terdengar sejuk menusuk qalbu. Sinar wajahnya sangatlah tampak sebagai akibat cucuran air wudhu yang sering membasuhi wajahnya. "Saudaraku, semua muslim itu Insya Allah shalat. Tapi, shalat berjamaah itu pilihan. Tidak semua orang terpanggil untuk melaksanakannya. Bahkan, ada sebagian manusia yang enggan untuk dipanggil untuk memenuhi seruan muadzin. Jadilah bagian dari orang-orang yang terpanggil meski terkadang hatimu enggan untuk memenuhinya." Bergetar hati ini mendengar khutbahnya. Ada sebuah dorongan di kedua pelupuk mata ini yang memaksa untuk keluar namun aku tahan. "Saudaraku, tahukah kamu bahwa umar pernah mewakafkan kebunnya kepada Nabi? Kala itu Umar sedang sibuk berkebun hingga ia tertinggal shalat ashar berjamaah. Perhatikanlah, para sahabat nabii akan mengorbankan dunia untuk akhiratnya. Tapi kita lihat sekarang manusia-manusia saat ini. Berapa banyak dari mereka yang mengorbankan akhirat untuk dunianya. Banyak orang sibuk mengerjakan aktivitasnya dengan mengabaikan shalat di awal waktu. Padahal shalat berjamaah itu adalah bukti kepatuhan kita kepada Allah Azza Wajalla." "Jadilah bagian dari orang-orang yang terpilih itu. Karena mereka itu sedikit sekali jumlahnya." Ta' terasa waktu terus berjalan,hingga khutbah itu harus berakhir karena keterbatasan waktu. Se andainya semua khotib bisa memberi pencerahan dengan nikmat terdengar di telinga,Insya Allah akan lebuh banyak lagi yang tergerak untuk melaksanakan sholat berjama'ah.Sehingga terpelihara kehidupan masyarakat yang Islami.Amin.

Baca selanjutnya ..

Selasa, 24 Januari 2012

KEAJAIBAN TULANG EKOR

Keajaiban Tulang Ekor (‘Ajbudz Dzanab) Ibnu Abdil Bari el ‘Afifi Asal mula kehidupan bermula dari tulang ekor, dan darinya manusia kelak akan dibangkitkan Sebagian besar manusia menganggap tulang ekor yang terletak di bagian bawah ruas tulang belakang sebagai organ sisa yang tidak memiliki fungsi berarti. Anggapan ini juga dikuatkan oleh seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman, R Wiedersheim. Pada tahun 1895, ia membuat daftar 100 struktur anatomi tubuh yang dianggap tidak memiliki fungsi tersebut. Salah satunya adalah tulang ekor. Namun, seiring kemajuan tekhnologi, fungsi organ tersebut kian terkuak. Tulang ekor menyangga tulang-tulang di sekita panggul dan merupakan titik pertemuan dari beberapa otot kecil. Tanpa tulang ini, manusia tidak akan bisa duduk nyaman. Sisi ajaib tulang ekor ini pun telah ditemukan. Adalah Han Spemann, ilmuwan Jerman yang berhasil mendapatkan hadia nobel bidang Kedokteran pada tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk hidup bermula. Dalam penelitiannya, ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embrio-embrio lain. Hasilnya, tulang ekor ini tumbuh sebagai janin kedua di dalam janin tuan rumah. Untuk itulah Han menyebutnya dengan “The Primary Organizer” atau pengorganisir pertama. Pada saat sperma membuahi ovum (sel telur), maka pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan. Pertama, External Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus. Sedangkan lapisan kedua, Internal Hypoblast yang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana). Dari sinilah beberapa unsure dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk. Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat. Mesoderm, membentuk otot halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa, limpa dan kulit luar. Sedangkan, Endoderm, membentuk lapisan pada sistim digestive, sistem pernafasan, organ-orang yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran. Gumpalan sederhana inilah yang mereka sebut sebagai tulang ekor. Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak ‘hancur’. Dr. Othman al Djilani dan Syaikh Abdul Majid juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan 1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selam sepuluh menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa tulang itu ke al Olaki Laboratory, Sana’a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti oleh Dr. al Olaki, pfofesor bidang histology dan pathologi di Sana’a University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama. Lebih dari itu, –dan ini yang terpenting-, ‘ajbu dz-dzanab, atau tulang ekor –sari rikadatu atau relix dalam bahasa Hindu-Budha-, berdasarkan penelitian mutakhir, sebagaimana yang disampaikan oleh Jamil Zaini, Trainer Asia Tenggara Kubik Jakarta ketika mengisi acara buka puasa bersama di al Azhar-Solo Baru dengan tajuk, “Inspiring Day; Inspiring The Spirit of Life”, tulang ekor ini merekam semua perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Ia merekam semua perbuatan baik-buruk mereka. Dan perbuatan mereka ini akan berpengaruh pada kondisi tulang ekornya. Putih bersih atau hitam kotor. Semakin banyak energy positif atau kebaikan seseorang maka semakin bersih tulang ekornya, dan semakin banyak energy negative atau keburukan seseorang maka semakin hitamlah tulang ekornya. Dalam tradisi hindu-budha, mayat orang yang mati dari mereka akan dibakar, dan di antara yang dicari setelah mayit menjadi abu adalah tulang ekornya. Mereka ingin melihat apa warna tulang ekornya; putih atau hitam. Pak Jamil pun menjelaskan bahwa sekira tahun 2004 ada pameran tulang ekornya Shidarta Gawtama. Tulang ekornya Shidarta Gawtama putih bening bersih, ini karena energy positif yang dilakukan oleh Shidarta Gawtama banyak. Dari sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Ajaibnya, ini semua sudah disabdakan oleh Nabi berpuluh abad yang lalu. لَيْسَ مِنَ الإِنْسَانِ شَىْءٌ إِلاَّ يَبْلَى إِلاَّ عَظْمًا وَاحِدًا وَهْوَ عَجْبُ الذَّنَبِ ، وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat.” (HR. al Bukhari, nomor 4935). Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (nomor 2955), عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ ابْنِ آدَمَ يَأْكُلُهُ التُّرَابُ إِلَّا عَجْب َ الذَّنَبِ مِنْهُ خُلِقَ وَفِيهِ يُرَكَّبُ Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam bersabda, “Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor, darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali.” Dari petunjuk hadist di atas, Ilmuwan muslim pada paruh kedua abad ke-20 telah mendasarkan pemahaman mereka mengenai kemukjizatan hadis tentang tulang ekor ini pada kaidah pengetahuan yang paling dasar, yaitu “Tulang ekor merupakan bagian pertama yang tumbuh dari janin, biasa disebut dengan primitive streak, yaitu bagian utama yang terbentuk pada minggu ketiga”. Hal ini membuktikan kebenaran sabda Rasulullah Saw, “Dari tulang ekorlah kalian akan dibangkitkan.” darimanakah pengetahuan Nabi yang memerlukan penelitian ilmiah tersebut? Reference : Majalah Gontor edisi 07 tahun IX November 2011, Vcd “Inspiring The Spirit of Life” oleh Jamil Zaini.

Baca selanjutnya ..

SURAT CINTA UNTUK ISTRIKU

Entah dengan apa ku harus menggambarkan segala rasaku padamu.. Tak cukup dengan untaian kata, dan barisan kalimat indah.. Tak mampu tergambar dengan pewarna apapun, semuanya terlalu indah.. Tak kan ada kanvas yang mampu membingkai semua warna tentangmu.. Karena kau begitu indah disini.. dihatiku.. Tahukah betapa besar rasa syukurku, ketika Allah memilihku menjadi pendampingmu.. Tak pernah ku merasa cukup mensyukuri nikmat itu.. Batapa bahagiaku ketika kau memilihku diantara sekian banyak Arjuna yang jauh lebih gagah di luar sana.. Kau tahu dengan sangat tahu, aku hanya lelaki dengan segala keterbatasan. dan kau tetap memilihku.. Duhai wanita pilihan Allah untukku.. Tahukah betapa buncahan di dada ini seakan ingin meledak, membawaku ke awan yang hanya mampu kuekspresikan dengan air mata. ketika dari lisanmu kau sebut namaku dalam lantunan ijab kabul yang suci. ketika itu pula aku me Niatkan tuk me Mulia kan mu, dengan segala keteterbatasan yang kumiliki.. dan kau tahu, bahwa akan ku penuhi inginmu selama tak bermaksiat pada sang maha Kasih, Rabbul izzati.. Duhai Amyku, penghias mata dan hatiku.. Tak pernah ku lalui tiap hari, tiap jam, tiap detik kecuali kulalui hanya dengan jatuh cinta padamu.. Tak akan pernah berkurang rasa ini padamu, karena disini di hati ini kaulah yang terindah.. Dan akupun berharap dengan segala kekuranganku, kau sudi menjadikanku Imam di mata dan hatimu.. Aku tahu, diri ini tak tampan dan tak se cerdas Muhammad SAW, apa lagi setakwa Beliau, Namun sungguh ku akan belajar mencintaimu seperti Beliau, cinta yang terbingkai atas namaNya.. Kasihku, pewarna terindah dalam hidupku.. tahukah betapa tiap pagi kulalui dengan rasa cemas meninggalkanmu di rumah, sungguh bukannya ku tak percaya pada kesetiaanmu. Namun mungkin karena cinta ini begitu besar padamu, dan ingin nya selalu di sampingmu dan bersamamu dalam tiap waktu dan kesempatan. Pelipur laraku.. Aku pun tahu betapa lelah dan penat harimu, bergelut dengan rutinitas pekerjaan rumah tangga.. Kau lalui dengan penuh keikhlasan demi aku, demi anak-anak kita, demi kami semuanya.. Sungguh, ketika kau lelap dalam tidurmu, aku sedih menatapmu dalam wajah lelahmu.. betapa ku hargai tiap tetesan keringatmu, bukan berapa banyak yang telah kau beri, namun berapa banyak cinta dalam tiap tetes keringatmu, dalam tiap lelahmu.. Dan aku selalu merasa cukup dengan itu.. Amyku, labuhan hatiku.. Gandeng tanganku ke JannahNya.. Jangan segan membangunkanku di 1/3 malam terakhir, bersama kita mengarungi samudra cinta dalam lautan dzikir.. jangan pernah segan menegurku dalam tiap khilafku, aku adalah lelaki biasa, ada kalanya ku berbuat salah padamu, maka bersabarlah padaku, jangan membiarkanku.. Tatap mataku dengan cintamu, genggam tanganku dan ingatkan aku dengan lembut. Kasihku dunia akhirat.. Kau adalah nahkoda rumah tanggaku, bersama kita mengarahkan haluan rumah tangga kita, menuju dalam rumah tangga yang sakinah,mawaddah dan warrohmah Maka jadilah istri yang baik untukku, Mudahkanlah jalan kita menuju ke JannahNya.. Sungguh, cintaku padamu akan bertambah seiring ketakwaanmu padaNya .. Aku mencintaimu karena Allah..

Baca selanjutnya ..

Senin, 23 Januari 2012

QURAISH SHIHAB MENJAWAB

Dr. Quraish Shihab Menjawab * Hukumnya puasa bagi pekerja kuli bangunan/pelabuhan, yang karena capek sering tidak puasa? * Hukumnya sedang berpuasa memasukkan obat melalui mata, telinga, dan dubur (obat ambeien)? * Ramadhan lalu berhutang puasa. Haruskah diganti dua kali lipat, adakah hadis/keterangan mengenai hal tersebut? * Mens tidak rutin. Sehari kering, sehari kemudian keluar lagi. Dalam keadaan demikian, bagaimana berpuasa? * Sebelum puasa disuntik KB. Bulan Puasa ini saya tidak haidh, tapi keluar flek-flek hitam. Batalkah puasa saya? * Dalam sebuah riwayat, Rasul tidak pernah berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya. Apakah riwayat itu benar dan bagaimana sekarang ini banyak ulama, ustad, dan kyai yang berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram? * Saya biasa salat malam sekitar pukul 02:30. Kebiasaan itu berlanjut dalam bulan Ramadhan ini. Bagaimana niat saya ketika mendirikan salat pada jam tersebut, niat tarawih atau tahajud? * Bagaimana cara zakatnya orang yang berhutang kepada bank? * Kapan tepatnya malam lailatul qadr, apa khasiat (keistimewaannya) dan bagaimana cara mendapatkannya? * Mana yang harus didahulukan puasa Syawal atau membayar utang puasa Ramadhan? * Bolehkah itikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan dilakukan di rumah, atau apakah harus di masjid? * Apakah puasa Syawal harus dilakukan berturut-turut mulai dua Syawal, atau bagaimana seharusnya? * Dokter menganjurkan orangtua saya yang baru dioperasi agar tidak berpuasa. Apakah dengan demikian orangtua saya cukup membayar fidyah atau mengganti puasa di lain waktu? Bagaimana pahala salat tarawihnya karena beliau tidak puasa? * Apakah yang lebih utama salat tarawih delapan rakaat atau 20 rakaat? Adakah keterangan yang menjelaskan keduanya? * Hukumnya mendengar orang yang sedang bergunjing? Apa tandanya orang yang mendapat lailatul qadr? * Kalau di bulan puasa main kartu remi pakai uang monopoli, dosa tidak? * Apa dasarnya melaksanakan salat witir tiga rakaat dengan dua salam? * Mana yang benar mengirim doa atau mendoakan yang sudah meninggal? Saya tidak pernah berziarah ke makam Bapak/Ibu, dosakah saya? -------------------------------------------------------------- 1. Bagaimana hukumnya puasa bagi pekerja kuli bangunan/pelabuhan, yang karena capek sering tidak puasa? (HARYADI, Jl.Raya KKO Cilandak Gg.depot S Jakarta Selatan) Mereka dapat tidak berpuasa dan cukup membayar fidyah. Ini kalau sulit mendapat pekerjaan lain yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 2. Bagaimana hukumnya sedang berpuasa memasukkan obat melalui mata, telinga, dan dubur (obat ambeien)? (REZA KURNIA, Jl.Sidomukti Raya, Semarang) Dalam madzhab Syafi'i, masuknya sesuatu dengan sengaja walaupun kecil dan walau tak bisa dimakan ke dalam tubuh melalui lubang masuk yang terbuka, seperti mulut, hidung, telinga, "mulut kedua" saluran pengeluaran, kesemuanya itu membatalkan puasa. Kecuali bila yang masuk lalat, nyamuk atau debu. Memasukkan obat melalui mata tidak membatalkan puasa. 3. Ramadhan yang lalu saya masih berhutang puasa. Haruskah diganti dua kali lipat, adakah hadis/keterangan mengenai hal tersebut? (CINDY, Pamulang Ciputat Jakarta Selatan) Tidak harus mengganti dua kali lipat; tidak ada hadis/dalil yang mengharuskan demikian. Jadi, cukup mengganti sebanyak hari Anda tidak berpuasa, tetapi mayoritas ulama mengharuskan di samping mengganti juga membayar fidyah. 4. Saya mengalami mens tidak rutin. Sehari kering, sehari kemudian keluar lagi. Dalam keadaan demikian, bagaimana puasa saya? (SITI HUZAIMAH, Jl.Andera I/99 Pondok Labu Jakarta Selatan) Darah bulanan yang keluar kurang dari masa minimal haidh atau lebih dari masa maksimal tidak dinilai haidh. Mayoritas ulama menyatakan bahwa masa maksimal adalah lima belas hari. Nah, jika yang Anda alami lebih dari masa itu, maka Anda boleh berpuasa. 5. Sebelum puasa saya suntik KB. Bulan Puasa ini saya tidak haidh, tapi keluar flek-flek hitam. Batalkah puasa saya? (AYU, Jakarta Selatan) Batal, jika flek tersebut keluar pada masa yang biasanya Anda haidh. 6. Dalam sebuah riwayat, Rasul tidak pernah berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya. Apakah riwayat itu benar dan bagaimana sekarang ini banyak ulama, ustad, dan kyai yang berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram? (AS FIRDAUS, Jl.Zainul Arifin No.5 Malang Jawa Timur) Berjabat tangan antara dua jenis kelamin yang bukan mahram diperselisihkan hukumnya oleh ulama. Ada yang membolehkan secara mutlak, ada juga yang menilainya makruh bila disertai syahwat dan mentolelirnya bila tanpa syahwat, dan ada pula yang dengan ketat melarangnya. Benar ada riwayat yang menyatakan bahwa Rasul SAW tidak berjabat tangan dengan wanita. Ulama yang berjabat tangan dengan yang bukan mahram berpendapat bahwa sikap Rasul itu tidak menunjukkan larangan, tetapi untuk sekedar menghindari syubhat dan ihtiyath (berjaga-jaga). 7. Saya biasa salat malam sekitar pukul 02:30. Kebiasaan itu berlanjut dalam bulan Ramadhan ini. Bagaimana niat saya ketika mendirikan salat pada jam tersebut, niat tarawih atau tahajud? (IBU MARLINA, Graha Indah A-11/5 Pondok Gede Bekasi) Keduanya boleh. Saran saya tarawihlah dahulu, kemudian tahajud walau satu rakaat dan akhiri dengan witir. 8. Bagaimana cara zakatnya orang yang berhutang kepada bank? (ANISA, Padang Sumatera Barat) Salah satu syarat wajib berzakat adalah kepemilikan penuh terhadap harta. Dengan demikian hutang tidak dizakati, tetapi merupakan kewajiban yang menghutangi (kreditor) untuk mengeluarkan zakatnya saat ia menerima kembali uangnya. 9. Kapan tepatnya malam lailatul qadr, apa khasiat (keistimewaannya) dan bagaimana cara mendapatkannya? (TEGUH PRAYOGA, SMU Negeri 1 Pare Kediri Jawa Timur) Tidak ada yang mengetahui waktunya secara tepat. Nabi SAW menduga pada malam ganjil setelah 20 Ramadhan. Ia adalah malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Untuk mendapatkannya diperlukan kedamaian batin, dengan Allah, sesama manusia, lingkungan dan diri sendiri. Yang bertemu dengannya akan beroleh bimbingan malaikat hingga akhir hidupnya. 10. Mana yang harus didahulukan puasa Syawal atau membayar utang puasa Ramadhan? (ELI HANDAYANI, PT Tigaraksa Jakarta Utara) Kalau harus memilih maka membayar hutang puasa lebih dahulu, karena ia wajib. 11. Bolehkah itikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan dilakukan di rumah, atau apakah harus di masjid? (RIDHWAN, Jl.Garnisun 1 No.4 Jakarta Selatan) Itikaf harus dilakukan di masjid. Mazhab Abuhanifah membolehkan wanita itikaf di mushala rumahnya. 12. Apakah puasa Syawal harus dilakukan berturut-turut mulai dua Syawal, atau bagaimana seharusnya? (DENI, Jl.Widya Chandra II/1 Jakarta) Puasa Syawal tidak harus dilakukan berturut-turut, asalkan selama dalam bulan Syawal. 13. Dokter menganjurkan orangtua saya yang baru dioperasi agar tidak berpuasa. Apakah dengan demikian orangtua saya cukup membayar fidyah atau mengganti puasa di lain waktu? Bagaimana pahala salat tarawihnya karena beliau tidak puasa? (ABDULLAH, Jakarta) Jika sebab tidak berpuasa itu bersifat sementara, maka beliau tidak harus membayar fidyah, cukup mengganti puasa, setelah Ramadhan. Akan tetapi jika karena tua sehingga diduga tidak akan dapat berpuasa lagi, maka cukup membayar fidyah saja. Pahala tarawihnya Insya Allah diperolehnya. 14. Apakah yang lebih utama salat tarawih delapan rakaat atau 20 rakaat? Adakah keterangan yang menjelaskan keduanya? (M.SADELI, Pintu II TMII/22 Lubang Buaya Jakarta Timur) Salat tarawih delapan atau 20 rakaat keduanya mempunyai dasar. Sedangkan keutamaan banyak ditentukan oleh kekhusyukan dan kesempurnaan salat, bukan oleh bilangan rakaatnya. 15. Bagaimana hukumnya mendengar orang yang sedang bergunjing? Apa tandanya orang yang mendapat lailatul qadr? (ENI, Tebet Mas Indah A2 No.15 Jakarta Selatan) Mendengar orang bergunjing dosa. Yang bergunjing itu hendaknya ditegur atau ditinggalkan. Tanda yang mendapat lailatul qadr antara lain hidupnya damai dengan semua pihak dan selalu terdorong melakukan kebajikan. 16. Bagaimana hukumnya puasa bagi pekerja kuli bangunan/pelabuhan, yang karena capek sering tidak puasa? (HARYADI, Jl.raya KKO Cilandak Gg.depot S Jakarta Selatan) Mereka dapat tidak berpuasa dan cukup membayar fidyah. Ini kalau sulit mendapat pekerjaan lain yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 17. Bagaimana hukumnya sedang berpuasa memasukkan obat melalui mata, telinga, dan dubur (obat ambeien)? (REZA KURNIA, Jl.Sidomukti Raya, Semarang) Dalam madzhab Syafi'i, masuknya sesuatu dengan sengaja walaupun kecil dan walau tak bisa dimakan ke dalam tubuh melalui lubang masuk yang terbuka, seperti mulut, hidung, telinga, "mulut kedua" saluran pengeluaran, kesemuanya itu membatalkan puasa. Kecuali bila yang masuk lalat, nyamuk atau debu. Memasukkan obat melalui mata tidak membatalkan puasa. 18. Ramadhan yang lalu saya masih berhutang puasa. Haruskah diganti dua kali lipat, adakah hadits/keterangan mengenai hal tersebut? (CINDY, Pamulang Ciputat Jakarta Selatan) Tidak harus mengganti dua kali lipat; tidak ada hadits/dalil yang mengharuskan demikian. Jadi, cukup mengganti sebanyak hari anda tidak berpuasa, tetapi mayoritas ulama mengharuskan disamping mengganti juga membayar fidyah. 19. Kalau di bulan puasa main kartu remi pakai uang monopoli, dosa tidak? (AYUDIAH, Kompleks TVRI Blok D2 No.14 Jakarta) Tidak dosa. Tetapi itu menyianyiakan kesempatan emas, makruh, dan anda mendapat ganjaran jika menolak ajakan bermain remi. 20. Apa dasarnya melaksanakan salat witir tiga rakaat dengan dua salam? (HANAFI, Jl.Kalimantan No.14 Cinere Jakarta Selatan) Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban menyatakan bahwa beliau salat witir tiga rakaat dan memisahkan yang genap dan yang ganjil. 21. Mana yang benar mengirim doa atau mendoakan yang sudah meninggal? Saya tidak pernah berziarah ke makam Bapak/Ibu, dosakah saya? (KUSMIYATI, Jl.Hemat Daan Mogot Jakarta Barat) Yang benar mendoakan yang meninggal. Anda berdosa/kurang setia kepada orangtua jika tidak pernah berziarah, mendoakan pun tidak. Yang wafat sangat mendambakan doa yang hidup.

Baca selanjutnya ..

Jumat, 20 Januari 2012

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr.Wb TERIMA KASIH KAMI SAMPAIKAN KEPADA SEGENAP DONATUR DAN RELAWAN WARGA RT 06 / RW 01,BRINGIN ATAS PERAN SERTA DAN PARTISIPASI DI ACARA Pengajian Menyambut Maulid Nabi Muhamad S.A.W SEMOGA AMAL & SHODAQOH ANDA DI TERIMA OLEH ALLAH S.W.T SEKALIGUS BISA MENJADI PEMBUKA UNTUK MENDAPATKAN SYAFA'AT ROSSULILLAH S.A.W AMIN YA ROBBAL' ALAMIN Wassalamualaikum Wr.Wb Darmanto Administrator RT

Baca selanjutnya ..

UNDANGAN PENGAJIAN

Pengajian Warga Perumahan Griya Citra Asri RT.06 RW.01 Kelurahan Beringin – Sambikerep Surabaya Kepada Yth. Segenap Warga .......................................... Assalamu'alaikum Wr. Wb Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Atas berkat Rahmat Allah SWT, kami mengharap kehadiran Seluruh Warga dalam Pengajian yang Insya Allah akan diadakan pada : Hari : Minggu, Tanggal : 22 Januari 2012 Waktu : 05,00 – 21,30 Acara : Pengajian Sema'an Menyambut Maulid Nabi Tempat : Masjid Sabillul Muttaqin , Bringin Demikian undangan ini kami haturkan, besar harapan kami atas kehadiran Segenap Warga. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala disetiap langkah menuju majelis yang dirahmati Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin. Jazakumullah Khoiron Katsiiro Wassalamu'alaikum Wr. Wb Hormat kami, Bp.Darmanto Adminitrator RT

Baca selanjutnya ..

Kamis, 12 Januari 2012

ROBOHNYA SURAU KAMI

Membaca cerpen fenomenal "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis seperti mendapatkan sentilan halus, bahwa ada kewajiban yang kurang, yang belum dilakukan sebagai seorang muslim. Bercerita tentang kisah tragis matinya seorang Kakek penjaga surau -masjid berukuran kecil- di kota kelahiran tokoh utama cerpen itu. Seorang Kakek bernama haji saleh, meninggal dengan menggorok lehernya sendiri setelah mendapat cerita dari Ajo Sidi -Si Pembual- tentang seorang tokoh dalam cerita buatannya yang juga bernama Haji Saleh, yang masuk neraka walaupun pekerjaan sehari-harinya beribadah di Masjid, persis yang dilakukan oleh si Kakek. Haji Saleh dalam cerita Ajo Sidi adalah orang yang rajin beribadah, semua ibadah dari A sampai Z ia laksanakan, dengan tekun. Tapi, saat "hari keputusan", hari ditentukannya manusia masuk surga atau neraka, Haji Saleh malah dimasukkan ke neraka. Haji Saleh memprotes Tuhan, mungkin dia alpa pikirnya. Tapi, mana mungkin Tuhan alpa, maka Tuhan menjelaskan alasan memasukannya ke neraka : "kamu tinggal di tanah Indonesia yang mahakaya raya, tapi, engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniyaya semua. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas, kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang". Merasa tersindir dan tertekan oleh cerita Ajo Sidi, akhirnya Si Kakek memutuskan bunuh diri. Tentu saja cerita ini adalah cerita fiksi. Tapi kisah ini membawa pesan yang dalam bagi kita semua, bahwa kerja-kerja kita sebagai muslim tidak berhenti hanya sampai di situ : beribadah. beribadah tentu sebuah kewajiban. Tapi berkeyakinan bahwa kewajiban kita sebagai muslim hanya beribadah saja adalah sebuah kekeliruan. Tanpa memikirkan keluarga,tanpa memikirkan orang lain, tanpa memikirkan masyarakat, tanpa memikirkan pekerjaan,tanpa memikirkan umat, tanpa memikirkan negara. Sebab perspektif berfikir yang demikian sama saja dengan kapitalis, berorientasi untuk kepentingan pribadi. Hanya saja pada tempat yang berbeda. Karena itu kita sepakat, bahwa sebaik-baik di antara kita adalah yang paling bermanfaat bagi saudaranya yang lain, yang memberikan pengaruh. Sejarah membuktikan, bahwa umat ini tegak berdiri di kalangan orang-orang seperti Khalid bin Walid yang bukan hanya taat beribadah tapi juga memberikan sumbangan besar dalam militerisasi islam pada zamannya, atau Zaid bin Tsabit yang bukan hanya tidak pernah meninggalkan shalat tahajud tapi juga memiliki kapasitas keilmuan tinggi sehingga dipercaya sebagai penulis Alquran. Atau Umar bin Khattab yang bukan hanya sering menangis mengingat dosa-dosanya tapi juga seorang pemimpin ulung. Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah dan Kufah takluk di bawah kepemimpinannya. Itulah mengapa di dalam banyak ayat, kita menemukan kata amanu -beriman- selalu diikuti dengan kata amal -bekerja-, sebagai upaya nyata mempertanggungjawabkan iman. "dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang beriman dan melakukan kerja-kerja kebaikan" Al baqarah : 25. Vertikal dan horizontal. Karena sejatinya agama ini diturunkan oleh Allah, kata Fathi Yakan -seorang tokoh revolusioner-, untuk ditegakkan di muka bumi, ia tidak hanya berisi tuntunan individu manusia dalam menjalin hubungan dengan Tuhannya dalam aktivitas ibadah ritual saja, namun juga berisi sistem kehidupan untuk menjadi panduan bagi seluruh umat manusia dalam menata kehidupan. Agama ini akan meraih masa depan cemerlang di tangan orang-orang yang memiliki semangat kerja-kerja kebaikan, semangat membangun, semangat untuk melakukan perubahan. Bukankah "Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kalian yang beriman dan melakukan kerja-kerja kebaikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai". An nur : 55 A.A. Navis di zamannya menghadapi realita orang-orang seperti Haji Saleh. kita di zaman kita pun menghadapi Haji-haji saleh baru, bahkan lebih banyak lagi, atau jangan-jangan kita sendiri?

Baca selanjutnya ..

Rabu, 11 Januari 2012

AKU TAK INGIN KETINGGALAN

Salat Subuh berjamaah memang selalu banyak rintangannya. Tapi Ali Bin Abi Thalib berusaha terus dalam kondisi apapun untuk berjamaah di Masjid. Hingga halanganpun dimudahkan oleh Allah swt. PAGI hari itu, Ali bin Abi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan salat Subuh berjamaah di Masjid bersama Rasulullah saw. Rasulullah saw tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah Rasulullah saw keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang istimewa karena memang inilah aktivitas yang sempurna untuk memulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa. Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin dan jalanan masih pula diselimuti kabut pagi yang turun bersama embun. Ali melangkahkan kakinya tergesa-gesa menuju Masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-manggil dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru dan sudut-sudut kota Madinah. Namun, belumlah begitu banyak langkahnya, ketika Ali bin Abi Thalib berada di jalan setapak menuju tempat jamaah yang jaraknya masih cukup jauh, ternyata di hadapannya ada sesosok tubuh. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati dan tergopoh-gopoh menyusuri jalan. Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin ketinggalan mengerjakan salat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh sebelum bersama Rasulullah saw dan para sahabat lainnya melaksanakan salat berjamaah. Ali paham benar bahwa Rasulullah saw mengajarkan supaya setiap umat Muslim menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si Kakek berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah, langkah Ali pun sangat pelan jua. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahdui tersebut terjatuh atau kena celaka. Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah hampir kuning. Cuacanya pun perlahan-lahan sudah terasa hangat. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid dan tidak masuk ke dalamnya sebab tempat ibadah agama Yahudi adalah di Sinagog. Ketika Ali memasuki Masjid, Ali menyangka salat Subuh berjamaah pastilah sudah usai. Ia bergegas. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya, Ali terkejut sekali bercampur gembira. Nabi dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Ini berarti Ali pun masih punya kesempatan untuk memperoleh salat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti masih kebagian satu rakaat-lah ia. Sesudah Rasulullah saw mengakhiri salatnya dengan salam, lalu melakukan dzikir bersama-sama dan selesai berdoa, Umar bin Khattab yang memang merasa aneh dengan kejadian yang baru lewat, memberanikan diri untuk bertanya kepada Rasulullah saw. Ia pun menghampiri Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, mengapa hari ini salat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?” Rasulullah saw mengerutkan keningnya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?” tanya Rasulullah saw. “Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?” Rasulullah saw kembali menggelengkan kepalanya beberapa kali. “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga....” Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?” Nabi kembali menggeleng ramah seraya berkata, “Aku juga belum tahu gerangan. Jibril belum menceritakannya kepadaku.” Dengan perkenan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi; “Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggunmu dalam rakaat yang kedua. Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan salat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang kakek tua Yahudi. Dari penghormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang untuk mengerjakan salat Subuh berjamaah denganmu hari ini.” Mendengar penjelasan Jibril demikian, mengertilah kini Rasulullah saw. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali, karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, bahwa Ali tidak pernah ingin sengaja terlambat atau meninggalkan amalan jamaahnya. Rasulullah saw pun menjelaskan hal itu kepada para sahabat. (Peri Hidup Nabi dan Para Sahabat; Saad Saefullah)

Baca selanjutnya ..

JANGAN HALANGI AKU

Hari itu Nasibah tengah berada di dapur. Suaminya, Said tengah beristirahat di kamar tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nasibah menebak, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud. Dengan bergegas, Nasibah meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar. Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya. “Suamiku tersayang,” Nasibah berkata, “Aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang.” Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu. Malah Istrinya. Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nasibah menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said. “Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang....” Said memandang wajah Istrinya. Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah saw melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said saja. Di rumah, Nasibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan Ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang nampaknya sangat gugup. “Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si Penunggang Kuda, “Suami Ibu, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid....” Nasibah tertunduk sebentar, “Innalillah....” gumamnya, “Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.” Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nasibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar, kaulihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar Ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat Ibumu bahagia?” Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar. “Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terbasmi.” Mata amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku was-was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membela agama Allah.” Putra Nasibah yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang Ayah. Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di depan Rasulullah saw, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan Ayah yang telah gugur.” Rasul saw dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu....” Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung sampai sore. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan mereka menuju ke rumah Nasibah. Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan kiranya?” serunya gemetar ketika sang Utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?” Utusan itu menunduk sedih, “Betul....” “Innalillah....” Nasibah bergumam kecil. Ia menangis. “Kau berduka, ya Ummu Amar?” Nasibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatan? Saad masih kanak-kanak.” Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di samping Ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putra seorang Ayah yang gagah berani.” Nasibah terperanjat. Ia memandangi putranya. “Kau tidak takut, Nak?” Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nasibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan itu. Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu akbar!” Kembali Rasulullah saw memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu, Nasibah meremang bulu kuduknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.” Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau perempuan, ya Ibu....” Nasibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk Surga melalui jihad?” Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah saw dengan kuda yang ada. Tiba di sana, Rasulullah saw mendengarkan semua perkataan Nasibah. Setelah itu, Rasulullah saw pun berkata dengan senyum. “Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata. Untuk sementra engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.” Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nasibah pun segera menenteng tas obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di rambutnya. Ia menegok. Kepala seorang tentara Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir. Nasibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi waktu dilihatnya Nabi terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh, Nasibah tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang rubuh itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai 'singa betina', ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan membabat putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda. Peperangan terus saja berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas’ud mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Istri Said-kah engkau?” Nasibah samar-samar memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “Bagaimana dengan Rasulullah? Selamatkah beliau?” “Beliau tidak kurang suatu apapun....” “Engkau Ibnu Mas’ud, bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku....” “Engkau masih luka parah, Nasibah....” “Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah?” Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikannya. Namun, karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus. Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya. Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak. Rasul saw kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan para Malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nasibah, wanita yang perkasa.” (Peri Hidup Nabi dan Para Sahabat; Saad Saefullah)

Baca selanjutnya ..

Jumat, 06 Januari 2012

NGGOWES ISTIQOMAH

Sebuah jalan desa yang sudah entah berapa puluh, berapa ratus bahkan mungkin berapa ribu kali aku lewati, pagi inipun terasa tak ada beda. Ibu-ibu yang ditinggal suaminya berangkat kerja serta anak-anaknya yang sudah berangkat sekolah kini kembali menghiasi sudut-sudut teras rumah sepanjang jalan Bringin. Entahlah apa yang mereka perbincangkan saat itu, yang jelas dari sini ternyata ada yang menjadi sebuah pelajaran berharga bagiku. Setidaknya hal itu aku rasakan di pagi ini. Temanku bilang, "Orang Perumahan itu sudah tak lagi tahu tentang arti kata tegur sapa. Mungkin sudah terlalu sibuk mengurusi hal keduniawian, hingga tak lagi mampu melirik untuk hanya sekedar berbasa-basi melempar senyum ataupun menjawab ketika kita bertegur sapa pada mereka", katanya suatu hari ketika ia bertemu denganku. Aku hanya tersenyum, entahlah haruskah aku menganggukkan kepala untuk mengiyakan pernyataan dia ataukah harus bagaimana aku berbuat saat itu. Karena jujur akupun seringkali merasakan hal yang sama seperti itu. Hingga terkadang dalam hati ini muncul rasa bosan dan kesal pada sikap acuh mereka itu. Sering aku berniat untuk mengakhiri kebiasaan ini, mengucap permisi jika melewati seseorang yang berada di area jalanan yang akan aku lalui. Kalaulah emakku tidak mengajariku untuk berbuat ini sejak kecil, mungkin dengan gampangnya aku mengambil keputusan ini dan mengakhiri semuanya. Hingga sama dengan mereka akupun berlaku acuh ketika lewat didepan wajah-wajah mereka. Namun akhirnya, pagi ini ternyata Alloh memberikan jawabnya. Ketika ayunan sepeda ini kembali menuntunku melaksanankan aktivitas olah raga di kawasan sekitar itu. Ketika matahari pagi bersinar dengan lembutnya menerpa seluruh badan ini. Dan Ketika kayuhan sepeda ini melewati mereka para orang orang itu, seperti biasanya aku ucapkan salam pada mereka. Dan ternyata, ini yang merubah segalanya menjadi berbeda. Pagi ini, mereka menjawab sapaan salamku. Sejenak aku lambatkan kayuhanku, sambil menolehkan wajah ke arah mereka dan tersenyum kearahnya. Ya, ternyata memang benar, harusnya tak ada kata bosan untuk kita belajar berbuat kebaikan. Tak ada kata lelah untuk kita mengamalkan kebenaran. Karena memang suatu hari nanti, semua akan ada hasilnya. Seperti saat ini, mereka telah ajarkanku untuk bisa istiqamah dalam melakukan sebuah hal kecil yang mungkin tak dinilai berarti bagi kebanyakan orang di luaran sana. Aku mengayuh sepedaku kembali meneruskan aktivitas olah ragaku. Matahari seraya mengiringi gowesanku kini dengan senyuman. Alunan merdu suasana hati mengiringinya dengan suka cita. Aku bersyukur pada-Mu yaa Rabb... Mengingat-ingat kembali sabda Nabi yang semakin meneguhkan jalanku saat itu, aku semakin malu dibuatnya. Berkali-kali beliau sang Rasullullah menyampaikan hal ini. Sampai ketika di satu waktu Ia-pun menyampaikannya pada Abu Sa’id Al-Khudri radliyallaahu ‘anhu, "Seorang mukmin tidak akan puas berbuat kebaikan hingga ia sampai ke puncaknya, yaitu surga". Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi ini, meskipun sebagian yang lain mengatakan sanad-nya dhaif, namun tidak ada salahnya untuk memotivasi kita dalam berbuat kebaikan. Alhamdulillah, hari ini bertambah lagi satu pelajaran dari-Mu yaa Rabb. Dan bagi mereka, aku bangga pada kalian yang kali ini mampu kembali menjadi jalan bagiku mendapatkan satu hikmah yang sangat berarti dalam hidup ini. Wallahu'alam bish-shawab.

Baca selanjutnya ..

DEMI WAKTU

Mungkin kita lebih akrab dengan pepatah barat tentang waktu. Mereka bilang; waktu adalah uang. Dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi, tak ada yang lebih berharga selain mengisi waktunya dengan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Sampai-sampai pada teori ekonomi pun kita dengar “dengan modal sekecil-kecilnya bisa meraup hasil sebesar-besarnya”. Itu semua dikarenakan orientasi kehidupan mereka hanya bersifat duniawi, sehingga terlahirlah masyarakat-masyarakat kapitalis. Jauh lebih mendasar dari pandangan hidup barat tentang waktu ini, sebenarnya ada pepatah arab yang lebih mengena. Orang Arab bilang: “waktu ibarat sebilah pedang”. Jika pedang itu tidak bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka ia akan memotong lehermu. Demikianlah mereka memberi kiasan terhadap waktu. Sebuah kiasan yang sifatnya menyeluruh. Karena waktu bukan hanya untuk urusan duit, tetapi mencakup seluruh tindak tanduk keseharian seseorang baik ibadah ataupun muamalahnya. Hassan al-Bashri rahimahullah pernah berpesan: “wahai anak adam, sesungguhnya kamu itu waktu, setiap berlalu satu hari maka berlalulah sebagian kamu”. Hal ini menandakan betapa berharganya nilai waktu walaupun hanya sedetik. Karena waktu adalah sahabat yang paling setia menemani seseorang. Ia tak akan berpisah, meski bumi terbelah dua. Ibnu Mas’ud r. A. Berkata: “aku begitu membenci orang-orang yang menganggur, yaitu mereka yang tak berbuat untuk hal dunianya ataupun akhiratnya”. Maka pantas saja Allah memberi peringatan yang tidak sedikit kepada hambanya untuk masalah waktu ini. Bahkan di antara seratus empat belas surat yang termaktub dalam al-Quran, Allah memberi satu nama surat dengan sebutan al-Ashri (Masa). Dalam surat al-Ashri tersebut, Allah mengingatkan hambaNya tentang ruginya orang yang tidak memanfaatkan waktu. Yaitu mereka-mereka yang tidak beriman dan juga tidak senantiasa melakukan amal-amal kebajikan. Terlebih lagi mereka yang tidak pernah saling memberi nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran. Waktu bukan hanya miliknya para pejabat, bukan juga miliknya pengusaha ataupun mereka-mereka yang super sibuk. Akan tetapi waktu adalah milik kita semua, oleh karena tidak ada kerugian yang paling rugi selain hilangnya sedetik waktu yang berlalu sia-sia. Sebab ia tidak akan kembali. Maka dari itu manfaatkanlah.

Baca selanjutnya ..

Kamis, 05 Januari 2012

MENAWAR DAGANGAN

Dalam banyak kesempatan berbelanja di tukang sayur, di toko buah pinggir jalan atau penjual apa pun yang tidak memiliki bandrol harga, dengan berbagai cara begitu mudahnya kita menawar harga yang ditawarkan. Tujuannya jelas, mendapatkan harga semurah-murahnya. Beragam gaya dan cara yang kita lakukan, kalau kepada tukang sayur atau tukang buah sering menggunakan wajah memelas. Jika wajah itu tidak mempan meluluhkan hati si abang sayur, senyum pun digulirkan. Biasanya tidak sedikit abang-abang penjual yang langsung luluh hatinya. Terlebih jika ditambah dengan sedikit colak-colek dari ibu-ibu pembeli, harga sebuah semangka pun langsung turun drastis. Sebungkus cabai dan tomat bisa dibeli dengan harga seribu rupiah, atau tidak jarang seliter minyak goreng gratis untuk si pencolek yang genit... Bagaimana dengan laki-laki? Mungkin tidak memelas, tetapi dengan suara tegas dan sedikit naik. "Tiga ribu ya seikat? Dikasih nggak?" untuk harga seikat rambutan. Kalau tidak dikasih, pakai cara klasik, yakni meninggalkan si tukang buah, padahal dalam hati berharap dipanggil kembali oleh tukang buah. Cara-cara ini kadang berhasil, terlebih jika hari sudah malam, barang dagangan belum banyak yang terjual, dan belum cukup uang untuk bisa dibawa pulang. Jadilah si tukang buah itu yang mengalah dan membiarkan dagangannya dibeli dengan harga pas, tanpa biaya transportasi, tanpa biaya lelah menunggu, tanpa biaya angkut, tanpa biaya apa pun untuk kaki yang pegal berputar-putar seharian, atau untuk untuk pundak yang bengkak memikul beban berat. Pedagang buah, tukang sayur, atau penjual apa pun yang keliling atau di pinggir jalan yang tidak pernah memasang bandrol harga itu, adalah orang-orang kecil. Kepada mereka kita bisa merayu bahkan memaksa untuk menurunkan harga, bahkan semurah-murahnya. Tanpa peduli apakah para pedagang kecil itu mendapatkan untung atau tidak. Lebih buruknya lagi, kita melakukannya setiap hari, setiap saat. Bandingkan jika kita belanja di Mall, pusat perbelanjaan, atau toko grosir dan tempat-tempat lainnya yang memasang harga pas dengan bandrolnya. Pernahkah kita menawar setiap barang di trolly kepada kasir, seperti yang kita lakukan kepada para pedagang kecil? *** Bukan berarti tidak boleh menawar. Karena boleh jadi tidak semua pedagang jujur dalam menjajakan barangnya, baik kualitas maupun harganya. Tetapi kita juga bisa merasai, batas mana si pedagang itu sudah menurunkan harganya. Jika sudah sampai batas terakhir ia memberikan harga, jangan lagi memaksanya untuk terus menurunkan harga. Biarkan ia tersenyum dengan apa yang bisa didapatnya. Lagi pula, sebenarnya kita juga tahu harga sebenarnya kan? (Dmt)

Baca selanjutnya ..

Selasa, 03 Januari 2012

UPDATE KEIMANAN

Selama ini Allah selalu membantuku. Tentu. Dan kesadaranku kali ini adalah kesadaran yang kesekian kalinya. Sebuah kesadaran yang perlu pembaharuan setiap beberapa waktu. Seperti update antivirus yang harus dilakukan selang beberapa hari atau minggu sekali. Agar antivirus bisa mendeteksi virus yang masuk dalam komputer. Virus-virus yang baru. Begitulah kesadaran dalam hatiku, harus terbaharui. Agar dapat mendeteksi penyakit hati yang diam-diam menyusup. Penyakit seperti mengeluh dan kufur serta suudzon. Kesadaran itu adalah bahwa Allah selalu membuka kan pintu kemudahan untukku saat aku kesulitan dengan halangan di depan pintu. Membuka jendela kelegaan untukku saat aku mulai pengap dengan masalah yang bercampur aduk penuhi fikirku. Ketika aku terhalang, dan aku berusaha, maka Allah mengakhiri dengan lega. Sebelumnya aku mendapati jalan yang tertutup, hampir menyerah. Tapi ternyata jalan itu hanya tertutup oleh selaput tipis. Allah yang menyadarkan fikirku. Kemudian aku yang selalu merasa dikejar waktu dan target, Allah beri kelonggaran lebih lama. Aku bisa bernapas lepas dan bebas. Bahkan ketika aku hendak berbuat berlebihan atau bodoh, sudah diujung langkah, Allah jua yang hentikan. Akhirnya aku pun sadar kalau langkah itu terlalu tergesa atau tak baik untukku. Sungguh tiada terkira, tertandingi, terhitung segala kebaikan Allah padaku. Dan sungguh sangat sayang Allah padaku. Kesadaran inilah yang paling aku sukai paling kuat dan paling ampuh melawan virus penyakit hati. Aku bahagia memiliki hati yang peka, yang bisa meraba setiap kejadian. Halus dan lembut. Bahagia selalu disadarkan oleh Allah... Karena hanya Allah yang tahu semuanya tentang diriku. Hanya Allah yang paling cinta dan sayang padaku. Jadi, setiap kesadaran itu datang, hatiku benar-benar terasa terupgrade. Tentu ke tingkat yang lebih baik. Kesadaran seperti update antivirus yang waktunya ditentukan dan seberapa besarnya disesuaikan kebutuhan antivirus. Allah yang menjalankan operasi update antivirus dalam hatiku. Mengisiku dengan kesadaran warna apa. Seberapa besar. Dia yang tahu seberapa turun keimananku. Sehingga semuanya pas. Tepat sasaran. Hatiku menjadi lebih peka atau setidaknya selalu peka dengan virus yang merayapi hatiku. Beruntung ya punya antivirus yang selalu update. Begitupun hatiku yang bisa selalu disadarkan. Karena virus tak akan sampai masuk. Jika pun masuk, tak akan sampai dalam dan merusak hati. Tapi, tidak semua kan bisa dengan mudah mengupdate antivirusnya. Harus ada koneksi internet. Dan aku, insya Allah ada koneksi dengan Allah. Hubungan yang mungkin masih jauh. Hubungan melalui tauhid dan sholatku. Saat update antivirus, tergantung koneksi internetnya. Jika tak baik, ya lama downloadnya. Ketika hatiku sedang benar-benar jauh dengan Allah, maka kesadaran itu pun lama sampai di hatiku. Jadi, miliki tauhid, lalu dekatkan hubungan dengan Allah agar hati selalu ter-update dengan kesadaran pada penyakit hati. Supaya hati senantiasa sehat atau selamat dari kerusakan. Selamat meng-update hati dengan kesadaran bahwa Allah selalu menuntun kita kepadaNya. Menjadi insan yang lebih baik dan selamat dunia-akhirat.

Baca selanjutnya ..

SELAMAT TAHUN BARU

Kita telah meninggalkan tahun masehi 2011 dan menuju ke tahun pergantian 2012. Banyak orang menaruh harapan besar di tahun baru ini. Ada pula yang tak acuh akan datangnya tahun 2012. Tiap tahun berganti dan tiap tahun pula perayaan pergantian tahun baru tersebut selalu di sambut istimewa. Seolah-olah pergantian tahun adalah sesuatu yang istimewa, awal di mana kita bisa merubah sesuatu yang kurang baik menjadi lebih baik. Tapi saya setuju untuk merubah sesuatu yang kurang baik menjadi lebih baik. Meskipun fase perubahan tersebut bukan hanya di dasarkan pada pergantian tahun tapi setiap saat. Berusaha terus menerus memperbaiki diri. Jangan sampai episode pergantian tahun yang nantinya akan menjadi fase perubahan di awali dengan sesuatu yang kurang baik. Bukan lagi rahasia, jika banyak orang yang sangat merencanakan acara pergantian tahun secara istimewa. Teramat istimewanya tahun baru masehi, bahkan ada yang tidak pede jika ia tidak pergi ke suatu tempat untuk merayakannya. Teramat istimewanya, tak jarang ada yang rela menghabiskan dana besar-besar guna memperingati pergantian tahun baru masehi. Padahal pergantian sebenarnya bukan berdasarkan tahun tapi bagaimana kita merubah diri kearah lebih baik. Sayang sekali jika kita rela melakukan hal yang "dahsyat" pada malam tahun baru, tapi menginjak tanggal 1 Januari semangat tahun baru seperti hilang tak berbekas dan kita masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak salah bagi kita untuk merayakan pergantian tahun asalkan niat dan pengaplikasikannya benar. Bukan dengan pesta besar-besaran yang cenderung masuk ke dalam kategori pemborosan. Atau perayaan yang menjurus pada kemaksiatan. Tapi rayakan semua itu dengan introspeksi, karena pada dasarnya bukanlah deretan angka yang bertambah, dari 2011 bertambah satu angka menjadi 2012. Melainkan usia bumi dan manusia yang kian berkurang. Untuk apa kita merayakan berkurangnya usia bahkan hingga bermegahan. Insya Allah, perbaikan bisa di lakukan tanpa menunggu tahun berganti tapi tiap saat. Ketika kita khilaf, langsung minta ampun kepadaNya. Bersibuk-sibuklah menyiapkan sesuatu yang terindah untuk bekal akhirat nanti. Saling mengingatkan dalam kebaikan. Semoga di tiap waktu yang berganti, kita berkesempatan dan selalu menyempatkan diri untuk terus bermuhasabah atas kekhilafan yang pernah terjadi dan mimpi-mimpi indah kita yang bermuara pada satu tujuan yaitu keridhoan Allah. Semoga Allah senantiasa memberikan kelembutan hati kepada kita khususnya saya dalam menerima semua kritikan atau kebenaran guna peningkatan kualiats diri ke arah yang lebih baik. Karena kebenaran adalah mutlak dari Allah dan kekurangan adalah dari saya pribadi. Jadi saya ucapkan SELAMAT TAHUN BARU untuk semua.

Baca selanjutnya ..

Senin, 02 Januari 2012

JUJUR KEPADA ALLAH

Engkau Jujur Kepada Allah Allah pun Mewujudkan Cita-Citamu Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dengan sanad shahih, An-Nasai dan lain-lain, dari Syaddad bin Al-Had bahwa ada seorang laki-laki Arab Badui datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beriman kepada apa yang dibawa oleh nabi dan mengikuti beliau. Badui tersebut berkata kepada nabi, “Aku akan berhijrah bersamamu,” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat memberikan nasihat agama kepadanya. Pada Perang Khaibar, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam membagikan ghanimah kepada kaum muslimin. Nabi memberikan bagian kepada para sahabat yang membuat mereka bergembira, akan tetapi ketika pembagian sampai kepada si Badui, tiba-tiba dia menolaknya sembari berkata, “Apa ini?” Para sahabat menjawab, “Ini adalah bagian ghanimah untukmu yang berasal dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.” Mendapatkan jawaban para sahabat, si Badui terpaksa mengambil bagian ghanimah itu tetapi kemudian dia menghadap Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sesampai di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, si Badui bertanya, “Harta apakah ini?” “Ini adalah bagian ghanimah yang aku bagi untukmu.” jawab Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kembali orang Badui itu berkata, “Bukan karena perkara ini aku mengikutimu, akan tetapi aku mengikutimu karena aku ingin agar suatu saat nanti aku terkena lemparan panah di sini –sambil menunjuk ke lehernya– sehingga aku terbunuh dan masuk jannah karenanya.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika engkau jujur kepada Allah, maka Allah akan membenarkanmu.” Setelah itu, kaum muslimin beristirahat sebentar, mereka kemudian melanjutkan lagi penyerbuan terhadap musuh. Di tengah berkecamuknya peperangan, si Badui dibawa menghadap Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan keadaan terkena panah di tempat yang sesuai dengan yang dia tunjukkan sebelumnya. Melihat itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah dia orang yang kemarin?” Para sahabat menjawab, “Benar,” Nabi bersabda, “Dia telah berbuat shiddiq kepada Allah , maka Allah berbuat shiddiq kepadanya.” Selanjutnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengkafaninya dengan baju besi milik Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau mendoakannya dan di antara doa beliau adalah, “Ya Allah, ini adalah hamba-Mu, dia keluar untuk behijrah di jalan-Mu dan terbunuh sebagai syahid. Dan aku bersaksi atas perkara itu.” Sumber: Kisah-Kisah Pahlawan Generasi Pilihan, Hilmi bin Muhammad bin Ismail, Wafa Press.

Baca selanjutnya ..

INFAQ SAHABAT NABI

Begitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di kota Madinah, unta beliau menderum di kebun milik dua orang anak dari kalangan sahabat beliau. Maka, tempat itulah yang dijadikan sebagai areal masjid. Kedua anak tersebut lebih memilih menghibahkan tanah itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di dalam hadis tentang peristiwa hijrah yang panjang disebutkan, “Lalu, beliau mengendarai binatang tunggangannya dengan diiringi orang-orang. Sampai akhirnya, binatang tersebut menderum di lokasi (calon) masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah. Di tempat itu, hari itu juga beliau mendirikan shalat bersama kaum muslimin. Lokasi tersebut adalah kebun kurma milik Suhail dan Sahl, dua orang anak yatim yang berada di bawah asuhan As’ad bin Zurarah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika binatang tunggangannya menderum di tempat tersebut, ‘Tempat ini, insya Allah, akan menjadi tempat tinggal (saya).’ Kemudian, beliau memanggil dua orang anak pemilik tanah tersebut dan menawar tanah mereka untuk dijadikan masjid. Keduanya berkata, ‘Tidak, bahkan kami menghibahkannya untukmu, wahai Rasulullah.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam enggan untuk menerimanya sebagai hibah, hingga beliau membelinya dari keduanya ….” (H.r. Bukhari, no. 3906) Lihatlah, salah seorang dari kaum muda sahabat. Ketika ia menerima warisan dari ibunya berupa sejumlah harta yang menyenangkan jiwa, ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sedekah yang mesti ia keluarkan. Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, ia berkata, “Seorang anak datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –menurut riwayat lain, “Seorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam–, ‘Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal dan meninggalkan perhiasan. Apakah aku boleh menyedekahkannya atas nama ibuku?’ Beliau bertanya, ‘Ibumu menyuruhmu untuk melakukannya?’ Ia berkata, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Tahanlah kalung ibumu itu.’” Ubaidillah bin Abbas terkenal sebagai seorang dermawan. Ibnu Sa’ad berkata, “Abdullah dan Ubaidillah, dua orang putra Abbas. Jika keduanya datang ke kota Mekah maka Abdullah menyebarkan ilmu ke segenap penduduknya, sedang Ubaidillah membagi-bagikan makanan untuk mereka. Ubaidillah adalah seorang pedagang.” Pada perisitiwa perang Khandaq, di saat penderitaan kaum muslimin menjadi-jadi, Jabir merasa sedih melihat kondisi yang menimpa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia memiliki kisah kepahlawanan tersendiri yang ia tuturkan sendiri, “Pada hari-hari pertempuran Khandaq, kami menggali parit. Ada sebongkah batu keras yang menghalang. Orang-orang datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, ‘Ada batu keras yang melintang di parit.’ Beliau bersabda, ‘Aku yang akan turun (tangan).’ Lalu, beliau berdiri, sedangkan ketika itu ada batu yang terikat di perut beliau. Kami melewati tiga hari tanpa menyantap makanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil godam dan memukulkannya (ke batu), hingga batu itu hancur menjadi pasir berhamburan. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkan aku kembali pulang ke rumah.’ Aku berkata kepada istriku, ‘Aku melihat pada diri Rasulullah sebuah kesabaran. Apakah kamu ada sedikit makanan?’ Istriku menjawab, ‘Aku punya gandum dan seekor anak kambing.’ Aku pun menyembelih kambing dan menumbuk gandum. Lalu, aku masukkan daging ke dalam periuk. Aku datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika adonan telah melunak dan daging dalam wadah di atas tungku hampir matang. Aku berkata, ‘Aku mempunyai sedikit makanan, silakan Anda datang bersama satu atau dua orang ke rumahku.’ Beliau bertanya, ‘Seberapa banyak makanan itu?’ Aku beritahukan jumlahnya. Beliau bersabda, ‘Makanan yang banyak dan baik.’ Beliau melanjutkan, ‘Katakan kepada istrimu untuk tidak mengangkat pembakaran dan adonan roti dari perapian hingga aku datang.’ Beliau berkata kepada para sahabatnya, ‘Bangkitlah kalian!’ Maka, segenap kaum Muhajirin dan Anshar bangkit berdiri.” Ketika Jabir masuk menemui istrinya, ia berkata, “Rasulullah akan datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang ada bersama mereka.” Istrinya bertanya, “Apakah beliau menanyakan sesuatu kepadamu?” Jabir menjawab, “Ya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Masuklah kalian dan jangan berdesak-desakan.” Beliau mulai memotong-motong roti dan menaruh daging di atasnya, lalu menutup periuk dan perapian bila mengambil (daging atau roti) darinya. Lalu, beliau mendekatkannya kepada para sahabatnya dan mengambilkannya. Beliau terus memotong-motong roti hingga semua orang kekenyangan, dan ternyata makanan itu masih tersisa.” Jabir berkata kepada istrinya, “Makanlah ini dan hadiahkanlah, sungguh orang-orang sedang ditimpa kelaparan.” (H.r. Bukhari, no. 4101; Muslim, no. 2039) Barangkali, generasi muda saat ini tidak memahami nilai harta bagi keluarga mereka sebab mereka masih hidup di bawah tanggungan biaya keluarga. Adapun mereka, generasi muda sahabat, sangat dermawan menginfakkan harta meskipun hanya sedikit yang mereka miiki. Bahkan, sebagian di antara mereka ada yang rela melewati malam dalam kondisi lapar. Bahan, makanan untuk diri dan keluarganya ia infakkan di jalan Allah. Alangkah bagusnya bila generasi muda melatih dirinya berinfak dan berderma. Yang menjadi tolak ukur bukan besaran harta yang diinfakkan, melainkan niat tulus yang dengannya mereka mendermakan sedikit harta yang dimiliki. Jumlah yang sedikit ini teramat besar di sisi Allah. Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Begitulah perilaku yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya, yakni ketika beliau bersabda, مَامِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍإِ لاَّوَسَيُكَلِّمُهُ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ بَيْنَ الله ِوَبَيْنَهُ تُرْ جُمَا نٍّ,ثُمَّ يَنْظُرُ فَلاَ يَرَ ى شَيْأَ قُدَّا مَهُ,ثُمَّ يَنْظُرُ بَيْن يَدَ يْهِ فَتَسْتَقْيِلُهُ النَّا رُ,فَمَنْ اسْتَطَا عَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَّقِيَ النَّارَ وَلَوْ يِشِقِّ تَمْرَةٍ “Tidak seorang pun di antara kalian kecuali dia akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat. Tidak ada penerjemah antara dirinya dengan Allah. Kemudian ia melihat ternyata tidak ada sesuatu pun yang ia persembahkan. Selanjutnya, ia menatap ke depan ternyata neraka telah menghadangnya. Oleh karena itu, barang siapa di antara kalian yang bisa menjaga diri dari neraka, meski hanya dengan (memberikan) sebelah kurma (maka lakukanlah).” Menurut riwayat yang lain, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan perihal neraka. Lalu beliau memohon perlindungan darinya dan memalingkan wajah beliau. Beliau kembali menyebutkan perihal neraka, lalu memohon perlindungan darinya dan memalingkan wajah. Syu’bah berkata, ‘Untuk dua kali tindakan yang beliau lakukan, aku tidak meragukannya.’ Kemudian beliau bersabda, Jagalah diri kalian dari neraka meski hanya dengan (menginfakkan) sebelah kurma. Biarpun yang tidak mendapatkannya, maka hendaknya ia mengucapkan kata-kata yang baik’.” Sumber: Biografi Generasi Muda Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy, Zam-Zam, Cetakan 1, 2009. Disertai penyuntingan oleh redaksi www.KisahMuslim.com.

Baca selanjutnya ..

Minggu, 01 Januari 2012

DI BALIK DAUN YANG BERSERAKAN

Dahulu, di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai berjualan, Ia pergi ke Masjid Agung di kota itu. Ia berwudu, masuk masjid, dan shalat Dhuhur. Setelah membaca wirid dan doa sekadarnya, nenek tersebut keluar masjid, lalu membungkuk-bungkuk di halaman. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceraan. Selembar demi selembar dikaisnya, tidak satu lembar pun ia lewatkan.  Tentu saja perlu waktu lama untuk membersihkan halaman masjid dari dedaunan yang jatuh dari pohon dengan cara seperti itu. Padahal, jika tengah hari, sengatan matahari di Madura sungguh menyengat. Keringat pun mengucur dari tubuh yang kurus dan mulai rapuh itu. Banyak pengunjung masjid yang merasa iba kepadanya. Hingga suatu hari, takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum si nenek datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai menunaikan shalat, ketika hendak melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut.  Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan lalu menangis. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang pun menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "berikan aku kesempatan untuk membersihkannya." Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan daun-daun yang berserakan seperti biasa. Seorang kiai yang terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan tua itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan daun-daun di halaman masjid.  Ia pun mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat; pertama, hanya Pak Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang, ia sudah meninggal, dan kita bisa mendengarkan rahasia itu. "Saya ini perempuan bodoh, Pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Kanjeng Rasulullah.  Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya telah membacakan shalawat kepadanya." Begitulah, ketika seseorang mencintai Nabinya, ia akan mencari seribu satu cara agar bisa menyalurkan rasa cinta itu. Nenek renta ini bukanlah seorang ulama terkenal, ia hanyalah seorang penjual bunga cempaka.  Tidak banyak kata dalam kamus kehidupannya untuk mengungkapkan kerinduannya kepada Rasulullah. Namun, dengan kesederhanaan yang begitu jernih dan berbalutkeikhlasan, ia telah mampu menginspirasi banyak orang untuk mempertanyakan sejauh mana kecintaannya kepada Al Musthafa, Rasulullah saw.

Baca selanjutnya ..

SEDEKAH

AIkisah, sepasang suami-istri dikaruniai seorang anak pada tahun pertama masa pernikahannya. Tentu saja, mereka sangat gembira dengan anugerah Allah tersebut karena memiliki anak termasuk salah satu harapan besarnya. Akan tetapi, kebahagiaan mereka tidak bertahan lama. Allah Swt. berkehendak menimpakan penyakit aneh kepada sang anak yang masih bayi itu. Berbagai ikhtiar pengobatan telah dilakukan kedua orang tuanya. Namun, pengobatan seakan takberdaya untuk menyembuhkannya, keadaan sang Anak se-makin memburuk. Tidak hanya keadaan anaknya yang semakin memburuk, keadaan ibu-bapaknya pun menjadi buruk akibat kesedihan dan besarnya energi yang dikeluarkan untuk mengobati anak semata wayangnya itu. "Perasaan buruk itu menyeruak di dalam hati karena kami merasa takberdaya memberikan pengobatan bagi penderitaan anak kami," ujarnya. Ketika kondisi sang Anak sudah sangat mengkhawatirkan, ada seseorang yang menunjukkan kepada pasangan muda ini seorang dokter yang berpengalaman dan terkenal. Mereka pun segera mendatangi dokter tersebut. Saat tiba di tempat praktik dokter itu, demam anaknya semakin tinggi. Dokter itu pun berkata, "Apabila panas anak Anda tidak turun malam ini, kemungkinan besar dia akan meninggal esok hari." Keduanya kembali bersama sang Anak dengan kegelisahan yang memuncak. Sakit menyerang tubuh sang Ayah memikirkan anaknya hingga kelopak matanya takmampu terpejam tidur malam hari. Untuk menenangkan diri, dia pun segera shalat dan memohon jalan terbaik kepada Allah. Setelah selesai shalat, dia langsung pergi dengan wajah bermuram durja meninggalkan istrinya yang menangis sedih di dekat kepala anaknya. Ayah muda ini terus berjalan di jalanan dan tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk anaknya. Tiba-tiba, dia teringat pada sebuah hadits Rasulullah saw. tentang sedekah yang berbunyi, "Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah." Namun, dia bingung, siapa yang harus dia temui pada waktu malam seperti ini. Dia bisa saja mengetuk pintu seseorang dan bersedekah kepadanya, tapi apa yang akan dikatakan oleh tuan rumah kepada dia jika dia melakukan itu? Dalam kondisi bimbang seperti itu, tiba-tiba, ada seekor kucing kelaparan yang mengeong di kegelapan malam. Dia pun segera teringat pada pertanyaan seorang sahabat kepada Rasulullah saw, "Apakah berbuat baik pada binatang kami ada pahalanya?" Rasulullah menjawab, "Di dalam setiap apa yang bernyawa ada pahalanya." (HR Al Bukhari dan Muslim) Tanpa pikir panjang, dia pun segera kembali ke rumah, mengambil sepotong daging, dan memberi makan kucing itu. Dia menutup pintu belakang rumahnya. Suara pintu itu bercampur dengan suara istrinya yang bertanya, "Mengapa kamu telah kembali dengan cepat?" dia pun bergegas menuju ke arah istrinya dan mendapati wajah sang Istri telah berubah. Dari permukaan wajahnya, terlihat raut kegembiraan. Wanita muda itu berkata, "Sesudah engkau pergi, aku tertidur sebentar masih dalam keadaan duduk. Maka, aku melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan. Dalam tidurku, aku melihat diriku mendekap anakku. Tiba-tiba, ada seekor burung hitam yang sangat besar dari langit yang terang hendak menyambar anak kita untuk mengambilnya dariku. Aku menjadi sangat ketakutan, dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat? Tiba-tiba, muncul seekor kucing yang menyerang secara dahsyat burung itu, dan keduanya terlibat perkelahian sengit. Aku tidak melihat kucing itu lebih kuat daripada burung itu karena si burung badannya gemuk. Namun, akhirnya burung elang itu pun pergi menjauh. Aku terbangun mendengar suaramu ketika datang tadi." Mendengar cerita istrinya, dia hanya tersenyum. Melihat suaminya, sang Istri menatap ke arahnya dengan terheran-heran. Keduanya lalu bergegas mendekati anaknya. Dilihatnya demam sang Anak sudah mereda dan matanya sudah mulai terbuka. Esok harinya, sang Anak sudah mau makan dan sehat seperti sedia kala. Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang-ulang doa ketikaAllah menunda ijabah doa itu. Dialah yang menjamin ijabah doa itu menurut pilihan-Nya kepadamu, bukan menurutpilihan seleramu. Kelak, pada waktu yang dikehendaki-Nya, bukan menurut waktu yang engkau kehendaki. (Ibnu Atha'ilah)

Baca selanjutnya ..

MENDO'A KAN ORANG LAIN

Seperti biasa, pada sepertiga malam terakhir, Sayyidah Fathimah — putri kesayangan Rasulullah saw senantiasa melaksanakan shalat tahajud di rumahnya. Terkadang, ia menghabiskan malam-malamnya dengan qiamu lail dan doa. Hasan bin Ali, putranya, sering mendengar munajat sang bunda. Suatu pagi, ketika Sayyidah Fathimah selesai berdoa, Hasan kecil bertanya, "Ya Ummi, dari tadi, aku mendengarkan doamu, tetapi tak satu pun doa yang kau panjatkan untuk dirimu sendiri?" Fathimah menjawab dengan lembut, "Nak, doakan dulu tetanggamu karena ketika paramalaikat mendengarkanmu mendoakan tetanggamu, niscaya mereka akan mendoakanmu. Adakah yang lebih baik daripada doa para malaikat yang dekat dengan Allah, Tuhan kita?" Apabila salah seorang mendoakan saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui oleh yang didoakan, para malaikat berkata, "Amin, semoga engkau memperoleh pula sebagaimana yang engkau doakan itu." (HR Muslim dan Abu Dawud)

Baca selanjutnya ..