on line

Senin, 17 Januari 2011

Salahkah Perintah Tuhanku

Salahkah Perintah Tuhanku?
Alkisah, suatu saat Nabi Sulaiman sekaligus sebagai seorang raja, sedang memimpin rapat Kabinet di salah satu balairung kerajaannya yang teramat megah di Palestina. Balairung itu amat luas, berlantaikan marmer dan disokong oleh tiang- tiang raksasa yang tinggi menjulang. Ditengah kesibukan rapat, terlihat seseorang mengintip- intip dibalik tiang- tiang balairung tersebut. Sekilas orang- orang tak akan memperhatikannya karena disekitar balairung itu ada juga beberapa pelayan yang hilir mudik mengantarkan minuman dan makanan untuk para menteri yang sedang bersidang. Anehnya, laki- laki tersebut terlihat seperti memfokuskan pandangannya kepada salah satu menteri saja yang sedang rapat tersebut. Kadang ia menghilang, kadang ia muncul kembali dibalik tiang seraya memandang kepada salah seorang menteri yang ada disana. Kebetulan pula menteri tersebut sempat beberapa kali beradu pandang dengan laki- laki yang selalu memperhatikannya tersebut, maka sang menteripun merasa tercekat hatinya dengan penuh rasa heran dengan penuh tanda tanya, mengapa hanya kepadanya laki- laki tersebut mengarahkan pandangannya. Beberapa saat kemudian sidangpun berakhir, dan laki- laki yang mencurigakan itupun turut hilang dari pandangan. Kehadiran lelaki yang mencurigakan itu cukup mengganggu pikirannya, maka kemudian iapun bertanya kepada Nabi Sulaiman:
“Wahai sang raja, apakah anda memperhatikan adanya seseorang laki- laki yang mencurigakan?”
“Oh, yang mengendap- endap dan muncul menghilang dibalik tiang- tiang itu?” Tanya Sulaiman, rupanya Nabi Sulaiman juga ikut melihat munculnya lelaki aneh tersebut.
Sang menteri menjawab: ” Betul wahai Sulaiman, ternyata anda juga melihatnya. Apakah Tuan kenal, siapa gerangan lelaki yang mencurigakan tersebut?”
“Oh, ya- saya kenal siapa dia”. Jawab Sulaiman. “Dia adalah Izrael, si Malaikat pencabut nyawa”.
Betapa kagetnya sang menteri bahwa lelaki yang selalu memperhatikannya itu adalah Malaikat Pencabut nyawa yang terkenal itu. Iapun merasakan gemetar sekujur tubuhnya bila dia ingat bahwa dari sekian banyak menteri yang hadir, sang Izrael hanya memandanginya. Iapun segera berkata kepada Sulaiman dengan suara menggigil:
“Ya sulaiman, kenapa dari sekian banyak menteri, ia hanya memandangiku seperti seseorang yang sedang keheranan, tidak memandangi yang lain?”
Nabi Sulaiman menjawab dengan enteng:” Mana aku tahu? Mungkin dia sedang memilihmu untuk dicabut nyawanya?”
Sang menteri bertambah- tambah gemetarnya, maka dengan memelas dan penuh ketakutan, iapun memohon dengan mengiba- kepada Sulaiman:
” Aduh Sulaiman, tolonglah aku,… jauhkan aku dari dia,… aku belum siap untuk mati,… dosaku masih banyak,… dan aku terlalu sering melakukan korupsi dan pengkhianatan terhadap amanat rakyat,…. Lagi pula anak- anakku masih kecil- kecil,… tolonglah aku ya Sulaiman !!!”.
“Terus, apa yang harus aku lakukan untuk menolongmu?”
“Ya Sulaiman, bukankah kau adalah juga seorang Nabi yang memiliki banyak mukjizat?, bukankah engkau dapat menguasai angin dan dapat memerintahkannya untuk melakukan apa saja? Ya Sulaiman, jauhkan aku dari Izrail, antarkan aku kenegeri jauh, jauh sekali, agar aku tak ketemu dengan dia, aku ingin….antarkan aku ke negeri India…… “.
Nabi Sulaiman pun berdo’a, dengan kekuatan dan se izin  Allah, ia perintahkan angin untuk membawa salah seorang menterinya tersebut  ke India, sesuai permintaannya.
Ternyata sesampai di India, dia terkejut karena Izrail sudah menunggunya disana!!!. Maka proses pencabutan nyawapun berlangsung, dan kembalilah si menteri ke alam baka untuk mempertanggung jawabkan amal- amalnya ketika ia hidup didunia. Sejatinya kita semua adalah milik Allah, dan kepada Nya lah kita akan kembali.
Tak berapa lama, setelah menunaikan tugasnya di India, Izrail pun kembali menemui Nabi Sulaiman di Palestina. Nabi Sulaiman bertanya:
“Dari mana saja anda wahai Izrail?”
“Saya baru datang dari India”. Jawabnya.
“Tadi saya lihat beberapa saat yang lalu anda ada di Balairung ini, kenapa tiba- tiba ke India. Ada urusan pentingkah?”
Izrail menjawab:
“Itulah,… saya telah mendapatkan tugas dari Allah SWT, untuk mencabut nyawa si Fulan, sang menteri itu tepat pada jam 17.00 di INDIA. Yang saya heran, kenapa dia pada jam 16.55, yakni 5 (lima) menit sebelum kematiannya dia masih di PALESTINA? Saya agak bingung: SALAHKAH PERINTAH TUHANKU? Karena itulah aku bolak balik melihat dan meyakinkan, betulkah yang sedang rapat itu si Fulan yang harus mati di INDIA? Tapi aku yakin, perintah Allah pasti tidak akan salah, maka berangkatlah aku ke India dengan penuh keyakinan walaupun yang akan aku cabut nyawanya masih berada jauh di Palestina. Nyatanya, tepat pada jam 17.00 dia datang mengantarkan nyawanya sendiri ke India…..Maka aku cabutlah nyawanya disana…..
“Katakanlah: bahwa sesungguhnya kematian yang mereka  semuanya lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu pasti akan menemukan kalian…….”
____________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar